Jumat, 02 Maret 2012

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENELITIAN TINDAKAN KELAS SEBAGAI BENTUK IMPLEMENTASI 
GURU PROFESIONAL

1. Latar Belakang

Belakangan ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK) semakin menjadi ternd untuk dilakukan oleh para profesional sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan mutu di berbagai bidang. Awal mulanya, PTK, ditujukan untuk mencari solusi terhadap masalah sosial ( penganuran, kenakalan remaja, dan lain-lain) yang berkembang di masyarakat pada saat itu. PTK dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian terhadap masalah tersebut secara sistematis. Hal kajian ini kemudian dijadikan dasar untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam proses pelaksanaan rencana yang telah disusun, kemudian dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang dipakai sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan. Hasil dari proses refeksi ini kemudian melandasi upaya perbaikan dan peryempurnaan rencana tindakan berikutnya. Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu dapat tercapai.

Dalam bidang pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran, PTK berkembang sebagai suatu penelitian terapan. PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru dapat menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri, bukan kelas orang lain, dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif. Selain itu sebagai penelitian terapan, disamping guru melaksanakan tugas utamanya mengajar di kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswanya. Jadi PTK merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, guru mempunyai peran ganda : praktis dan peneliti.


Ada beberapa alasan mengapa PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan profesional seorang guru :

  1. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Dia menjadi reflektif dan kritis terhadap lakukan.apa yang dia dan muridnya
  2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai seorang praktis, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneniliti di bidangnya.
  3. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang berkembang di kelasnya.
  4. Pelaksanaan PTK tidak menggangu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran.
  5. Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.

Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan sehingga meningkatan mutu hasil instruksional; mengembangkan keterampilan guru; meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.

Hakikat Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin McTaggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya. 

PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Oleh karenanya, sampai dewasa ini keberadaannya sebagai salah satu jenis penelitian masih sering menjadikan pro dan kontra, terutama jika dikaitkan dengan bobot keilmiahannya.

Jenis penelitian ini dapat dilakukan didalam bidang pengembangan organisasi,manejemen, kesehatan atau kedokteran, pendidikan, dan sebagainya. Di dalam bidang pendidikan penelitian ini dapat dilakukan pada skala makro ataupun mikro. Dalam skala mikro misalnya dilakukan di dalam kelas pada waktu berlangsungnya suatu kegiatan belajar-mengajar untuk suatu pokok bahasan tertentu pada suatu mata kuliah. Untuk lebih detailnya berikut ini akan dikemukan mengenai hakikat PTK. 

Menurut John Elliot bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya (Elliot, 1982). Seluruh prosesnya, telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh menciptakan hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dari perkembangan profesional. Pendapat yang hampir senada dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart, yang mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta–pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut (Kemmis dan Taggart, 1988).

Menurut Carr dan Kemmis seperti yang dikutif oleh Siswojo Hardjodipuro, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan ( guru, siswa atau kepala sekolah ) dalam situasi-situasi sosial ( termasuk pendidikan ) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik ini, dan (c) situasi-situasi ( dan lembaga-lembaga ) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan (Harjodipuro, 1997).

Lebih lanjut, dijelaskan oleh Harjodipuro bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau utuk mengubahnya. PTK bukan sekedar mengajar, PTK mempunyai makna sadar dan kritis terhadap mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap proses perubahan dan perbaikan proses pembelajaran. PTK mendorong guru untuk berani bertindak dan berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional. 

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, jelaslah bahwa dilakukannya PTK adalah dalam rangka guru bersedia untuk mengintropeksi, bercermin, merefleksi atau mengevalusi dirinya sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang guru/pengajar diharapkan cukup professional untuk selanjutnya, diharapkan dari peningkatan kemampuan diri tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran; keterampilan, pengetahuan hubungan sosial maupun aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi anak didik untuk menjadi dewasa.

Dengan dilaksanakannya PTK, berarti guru juga berkedudukan sebagai peneliti, yang senantiasa bersedia meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya. Upaya peningkatan kualitas tersebut diharapkan dilakukan secara sistematis, realities, dan rasional, yang disertai dengan meneliti semua “ aksinya di depan kelas sehingga gurulah yang tahu persis kekurangan-kekurangan dan kelebihannya. Apabila di dalam pelaksanaan “aksi” nya masih terdapat kekurangan, dia akan bersedia mengadakan perubahan sehingga di dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya tidak terjadi permasahan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu, dilaksanakannya PTK di antaranya untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pangajaran yang diselenggarakan oleh guru/pengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal di kelas. 

Jenis dan Model PTK

Sebagai paraigma sebuah penelitian tersendiri, jenis PTK memiliki karakteristik yang relatif agak berbeda jika dibandingkan dengan jenis penelitian yang lain, misalnya penelitian naturalistic, eksperimen survei, analisis isi, dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan jenis penelitian yang lain PTK dapat dikatagorikan sebagai jenis penelitian kualitatif dan eksperimen. PTK dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif karena pada saat data dinalisis digunakan pendekatan kualitatif, tanpa ada perhitungan statistik. Dikatakan sebagai penelitian ekperimen, karena penelitian ini diawali dengan perencanaan, adanya perlakuan terhadap subjek penelitian, dean adanya evaluasi terhadap hasil yang dicapai sesudah adanya perlakuan. Ditinjau dari karakteristiknya, PTK setidaknya memiliki karakteristik antara lain: (1) didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional; (2) adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya; (3) penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; (4) bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek intruksional; (5) dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.

Menurut Richart Winter ada enam karekteristik PTK, yaitu (a) kritik reflektif, (b) kritik dialektis, (c) kolaboratif, (d) resiko, (e) susunan jamak, dan (f) internalisasi teori dan praktek ( Winter, 1996) . untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan secara singkat karakteristik PTK tersebut.
  1. Kritik Refeksi, salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan kegiatan suatu aksi. Hanya saja, di dalam PTK yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini perlu adanya upaya kritik sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap perubahan-perubahan.
  2. Kritik Dialektis, dengan adanyan kritik Dialektif diharapkan penelitian bersedia melakukan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia melakukan pemeriksaan terhadap: (a) konteks hubungan secara menyeluruh yang merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secara jelas, dan, (b) Struktur kontradiksi internal- maksudnya di balik unit yang jelas, yang memungkinkan adanya kecenderungan mengalami perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik unit tersebut bersifat stabil.
  3. Kolaboratif, di dalam PTK diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya. Kesemuanya itu diharapkan dapat dijadikan sumber data atau data sumber. Mengapa demikian? Oleh karena pada hakikatnya kedudukan peneliti dalam PTK merupakan bagian dari situasi dan kondisi dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi dia juga terlibat langsung dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk kerja sama atau kolaborasi di antara para anggota situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan suatu proses dapat berlangsung. Kolaborasi dalam kesempatan ini ialah berupa sudut pandang yang disampaikan oleh setiap kolaborator. Selanjutnya, sudut pandang ini dianggap sebagai andil yang sangat penting dalam upaya pemahaman terhadap berbagai permasalahan yang muncul. Untuk itu, peneliti akan bersikap bahwa tidak ada sudut pandang dari seseorang yang dapat digunakan untuk memahami sesuatu masalah secara tuntas dan mampu dibandingkan dengan sudut pandang yang berasal; dari berbagai pihak. Namun demikian memperoleh berbagai pandangan dari pada kolaborator, peneliti tetap sebagai figur yang memiliki ,kewenangan dan tanggung jawab untuk menentukan apakah sudut pandang dari kolaborator dipergunakan atau tidak. Oleh karenanya, sdapat dikatakan bahwa fungsi kolaborator hanyalah sebagai pembantu di dalam PTK ini, bukan sebagai yang begitu menentukan terhadap pelaksaanan dan berhasil tidaknya penelitian.
  4. Resiko, dengan adanya cirri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani mengambil resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin ada diantaranya (a) melesatnya hipotesis dan (b) adanya tuntutan untuk melakukan suatu transformasi. Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam proses penelitian, aksi peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan karena ia menyaksikan sendiri adanya diskusi atau pertentangan dari para kalaborator dan selanjutnya menyebabkan pandangannya berubah.
  5. Susunan Jamak, pada umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstuktur tunggal karena ditentukan oleh suara tunggal, penelitiannya. Akan tetapi, PTK memiliki struktur jamak karena jelas penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasi atau kolaboratif. Susunan jamak ini berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang teliti harus mencakup semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif. Suatu contoh, seandainya yang diteliti adalah diteliti adalah situasi dan kondisi proses belajar-mengajar, situasinya harus meliputi paling tidak guru, siswa, tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran, interaksi belajar-mengajar, lulusan atau hasil yang dicapai , dan sebagainya.
  6. Internalisasi Teori dan Praktik, menurut pandangan para ahli PTK bahwa antara teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk mendukung tranformasi. Pendapat ini berbeda dengan pandangan para ahli penelitian konvesional yang beranggapan bahwa teori dan praktik merupakan dua hal yang tersipah. Keberadaan teori diperuntukan praktik, begitu pula sebaliknya sehingga kedunya dapat digunakan dan dikembangkan bersama. Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa bentuk PTK benar-benar berbeda dengan bentuk penelitian yang lain, baik itu penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif pada umumnya maupun yang menggunakan paradigma kualitatif. Oleh karenanya, keberadaan bentuk PTK tidak perlu lagi diragukan, terutama sebagai upaya memperkaya khasanah kegiatan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan taraf keilmiahannya.

Jenis Penelitian Tindakan Kelas 

Ada empat jenis PTK, yaitu (a) PTK diasnogtik, (b) PTK partisipan, (c) PTK empiris, dan (d) PTK eksperimental (Chein, 1990). Untuk lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK tersebut.
  1. PTK Diagnostik, yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosia dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian. Sebagai contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani perselisihan, pertengkaran, konflik yang dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu sekolah atau kelas.
  2. PTK Partisipan, suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan penelian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil panelitiannya. PTK partisipasi dapat juga dilakukan di sekolah seperti halnya contoh pada butir a di atas. Hanya saja, di sini peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan terus-menerus sejak awal sampai berakhir penelitian.
  3. PTK Empiri, yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman penelti dalam pekerjaan sehari-hari.
  4. PTK Eksperimental, yang dikatagorikan sebagai PTK eksperimental ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatam belajar-mengajar. Di dalam kaitanya dengan kegitan belajar-mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran.
Model-model Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya: (a) Model Kurt Lewin, (b) Model Kemmis dan Mc Taggart, (c) Model John Elliot, dan (d) Model Dave Ebbutt.
  1. Model Kurt Lewin, di depan sudah disebutnya bahwa PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946. konsep inti PTK yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin ialah bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: 1) Perencanaan ( planning), 2) aksi atau tindakan (acting), 3) Observasi (observing), dan 4) refleksi (reflecting) ( Lewin, 1990). Sementara itu, empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh Kurt Lewin tersebut oleh Ernest T. Stringer dielaborasi lagi menjadi : 1) Perencanaan ( planning ) , 2) pelaksaan ( Implementing), dan 3) Penolaian (evaluating) ( Ernest, 1996) .
  2. Model John Elliot, apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di atas, yaitu Model Kurt Le win dan Kemmis-Mc Taggart, PTk Model john Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena didalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara tigalima aksi ( tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa langkah ( step), yang terealisasi dalam bentuk kegitan belajar-mengajar.
Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah (step) oleh karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya.

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
1. Tahapan Pelaksanaan PTK

Banyak model PTK yang dapat diadopsi dan diimplementasikan di dunia pendidikan. Namun secara singkat, pada dasarnya PTK terdiri dari 4 (empat) tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Namun sebelumnya, tahapan ini diawali oleh suatu Tahapan pra PTK, yang meliputi:
• Identifikasi masalah
• Analisis masalah
• Rumusan masalah
• Rumusan hipotesis tindakan
Tahapan pra PTK ini sangat esensial untuk dilaksanakan sebelum suatu rencana tindakan disusun. Tanpa tahapan ini suatu proses PTK akan kehilangan arah dan arti sebagai suatu penelitian ilmiah. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan guna menuntut pelaksanaan tahapan PTK adalah sebagai berikut ini.
1. Apa yang memprihatinkan dalam proses pembelajaran?
2. Mengapa hal itu terjadi dan apa sebabnya?
3. Apa yang dapat dilakukan dan bagaimana caranya mengatasi keprihatinan tersebut?
4. Bukti-bukti apa saja yang dapat dikumpulkan untuk membantu mencari fakta apa yang terjadi?
5. Bagaimana cara mengumpulkan bukti-bukti tersebut?

Jadi, tahapan pra PTK ini sesungguhnya suatu reflektif dari guru terhadap masalah yang ada dikelasnya. Masalah ini tentunya bukan bersifat individual pada salah seorang murid saja, namun lebih merupakan masalah umum yang bersifat klasikal, misalnya kurangnya motivasi belajar di kelas, rendahnya kualitas daya serap klasikal, dan lain-lain. Berangkat dari hasil pelaksanaan tahapan pra PTK inilah suatu rencana tindakan dibuat.
  1. Perencanaan Tindakan, berdasarkan pada identifikasi masalah yang dilakukan pada tahap pra PTK, rencana tindakan disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang ditentukan. Rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci. Segala keperluan pelaksanaan PTK, mulai dari materi/bahan ajar, rencana pengajaran yang mencakup metode/ teknik mengajar, serta teknik atau instrumen observasi/ evaluasi, dipersiapkan dengan matang pada tahap perencanaan ini. Dalam tahap ini perlu juga diperhitungkan segala kendala yang mungkin timbul pada saat tahap implementasi berlangsung. Dengan melakukan antisipasi lebih dari diharapkan pelaksanaan PTK dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan.
  2. Pelaksanaan Tindaka, tahap ini merupakan implementasi ( pelaksanaan) dari semua rencana yang telah dibuat. Tahap ini, yang berlangsung di dalam kelas, adalah realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah disiapkan sebelumnya. Langkah-langkah yang dilakukan guru tentu saja mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasilnya diharapkan berupa peningkatan efektifitas keterlibatan kolaborator sekedar untuk membantu si peneliti untuk dapat lebih mempertajam refleksi dan evaluasi yang dia lakukan terhadap apa yang terjadi dikelasnya sendiri. Dalam proses refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan, dan teori pembelajaran yang dikuasai dan relevan.
  3. Pengamatan tindakan, kegitan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil intruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti. Pada tahap ini perlu mempertimbangkan penggunaan beberapa jenis instrumen ukur penelitian guna kepentingan triangulasi data. Dalam melaksanakan observasi dan evaluasi, guru tidak harus bekerja sendiri. Dalam tahap observasi ini guru bisa dibantu oleh pengamat dari luar ( sejawat atau pakar). Dengan kehadiran orang lain dalam penelitian ini, PTK yang dilaksanakan menjadi bersifat kolaboratif. Hanya saja pengamat luar tidak boleh terlibat terlalu dalam dan mengintervensi terhadap pengambilan keputusan tindakan yang dilakukan oleh peneliti.
  4. Refleksi Terhadap Tindakan, tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat saat dilakukan pengamatan (observasi). Data yang didapat kemudian ditafsirkan dan dicari eksfanalasinya, dianalisis, dam disistesis. Dalam proses pengkajian data ini dimungkinkan untuk melibatkan orang luar sebagai kolaborator, seperti halnya pada saat observasi. Keterlebatan kolaborator sekedar untuk membantu peneliti untuk dapat lebih tajam melakukan refleksi dan evaluasi. Dalam proses refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan, dan teori instruksional yang dikuasai dan relevan dengan tindakan kelas yang dilaksanakan sebelumnya, menjadi bahan pertimbangan dan perbandingan sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang mantap dan sahih.
Proses refleksi ini memegang peran yang sangat penting dalam menentukan suatu keberhasilan PTK. Dengan suatu refleksi yang tajam dan terpecaya akan didapat suatu masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan langkah tindakan selanjutnya. Refleksi yang tidak tajam akan memberikan umpan balik yang misleading dan bias, yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan suatu PTK. Tentu saja kadar ketajaman proses refleksi ini ditentukan oleh kejataman dan keragaman instrumen observasi yang dipakai sebagai upaya triangulasi data. Observasi yang hanya mengunakan satu instrumen saja. Akan menghasilkan data yang miskin.Adapun untuk memudahkan dalam repleksi bisa juga dimunculkan kelebihan dan kekurangan setiap tindakan dan ini dijadikan dasar perencanaan siiklus selanjutnya. Pelaksanaan repleksi diusakan tidak boleh lebih dari 24 jam artinya begitu selesai observasi langsung diadakan repleksi bersama kolaborator.

Demikianlah, secara keseluruhan keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu siklus. Siklus ini kemudian diikuti oleh siklus-siklus lain secara bersinambungan seperti sebuah spiral. Kapan siklus-siklus tersebut berakhir? Pertanyaan ini hanya dapat dijawab oleh si peneliti sendiri. Kalau dia sudah merasa puas terhadap hasil yang dicapai dalam suatu kegiatan PTK yang dia lakukan, maka dia akan mengakhiri siklus-siklus tersebut. Selanjutnya, dia akan melakukan satu indentifikasi masalah lain dan kemudian diikuti oleh tahapan-tahapan PTK baru guna mencari solusi dari masalah tersebut.

Langkah-langkah dalam Menyusun Proposal PTK
1.Judul Penelitian
Judul hendaknya mencerminkan permasalahan pokok yang akan dipecahkan, sedapat mungkin mengandung unsur variabel utama yang diteliti. Judul harus deklaratif, singkat, jelas ( 8 sampai 10 kata) dan memberi kemungkinan penafsiran yang bermacam-macam.

Setelah halaman judul dilanjutkan dengan halaman pengesahan proposal PTK, yang berisi tentang hal-hal yang berkenaan dengan judul peneliti ( judul, bidang ilmu, dan kategori penelitian), ketua peneliti, jumlah peneliti ( nama, jenis kelamin, golangan/ pangkat, jabatan dan satmintal), lokasi penelitian, kerja sama dengan istansi lain, waktu penelitian, serta biaya yang di perlukan.
Contoh judul:
(1) Peningkatan keterampilan menulis bahasa inggris di SMP melalui pendekatan proses,
(2) Optimasisasi intruksional matematika perorganisasian tugas terstuktur dan kuis pada siswa kelas II SLTP Negeri 14 Bandung

2. Isi Proposal
Berisi latar belakang dan indentifikasi permasalahan yang pada pokoknya menguraikan konteks permasalahan, pentingnya masalah ini diteliti dan manfaatnya yang diharapkan dari temuan penelitian jika pelaksaanaannya selesai. Secara keseluruhan isi prosal terdiri atas hal sebagai berikut.
A. Pendahuluan
Berisi hal yang melatar belakangi mengapa penelitian penting dilakukan dan indentifikadi permasalahan, yang pada pokoknya menguraikan konteks permasalahan serta mampu merumuskan antara das sein dan das sollen (Keharusan dan kenyataan ), pentingnya masalah ini diteliti dan manfaat yang diharapkan dari temuan penelitian jika pelaksanaannya telah selesai .

B. Perumusan Masalah
Menguraikan perumusan masalahnya dalam kalimat-kalimat naratif, baik berupa pertanyaan ataupun pernyataan problematis. Biasanya dikemukakan beberapa butir permasalahan yang secara ekplisit menggambarkan tahap-tahap diagnosis masalah, terapi yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah dan gambaran keberhasilan atau keefektifan tindakan yang diambil. Pada proposal lengkap, biasanya juga dijumpai uraian khusus tentang tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

C. Kajian Pustaka dan Penelitian yang Relevan
Berisi kajian pustaka untuk mendasari tindakan yang direncanakan sebagai pemecahan masalah, dan hasil-hasil penelitian lain yang erat kaitannya dengan permasalahan yang sedang akan diteliti. Sedapat mungkin diusahkan agar mempertimbangkan kemutahiran dan relevansi bahan pustaka. Di bagian ini biasanya dapat dirumuskan suatu hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan dapat dirumuskan berdasarkan teori, pengalaman atau hasil penelitian di setting yang lain. Rumusan hipotesis tindakan hendaknya menyatakan intervensi yang akan dilaksanakan dan hasil yang akan diperoleh. 

D. Tujuan Penelitian Tindakan
E. Kontribusi Penelitian
F. Metode Penelitian

Motede atau prosedur penelitian yang menguraikan secara rinci : (a) setting atau lokasi penelitian, (b) subjek yang terlibat sebagai peniliti, kolaborator atau partisipan, (c) alat-alat dan teknik pemantauan atau monitoring dalam proses pengumpulan data,(d) rencana tindakan, yang mengkaji langkah-langkah yang ditempuh melalui tahap-tahap atau siklus penelitian tindakan, antara lain fase diagnostik ( mengedintifikasi ploblem) dan fase terapeutik (pemecahan plobem), (e) sumber data, (f) jenis data, teknik pengumpulan data, (g) teknik pengumpulan data, (h) teknik analisis data dan (i) Kriteria indikator atau rambu-rambu evaluasi dan refleksi.

G. Personalia Penelitian
Tim peneliti yang melaksanakan penelitian ini dilapangan PTK haus tercantum dengan jelas, kadang-kadang ditentut melampirkan curiculum vitae yang menunjutkan bidang keahlian dalam track record yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan.

H. Rencana Pembiayaan Penelitian
Berisi rincian rencana pengeluaran biaya penelitian, misalnya untuk uang lelah atau honorarium, perjalanan, bahan dan operasi di sekolah pra-observasi, pelaksanaan observasi lapangan ,penyusunan instrumen monitoring, peralatan, bahan habis, analisis data. Dengan komputer , dan lain-lain ( laporan ) dan sebagainya.

I. Jadwal Kerja
Proposal penelitian hendaknya juga mencantumkan rencana pelaksanakan di lapangan dalam suatu jadwal atau matriks kegiatan, baik berupa time schedule, cara atau teknik penjadwal yang lebih lengkap.

J. Lampiran-lampiran
Proposal penelitian hendaknya melampirkan juga daftar kepustakaan dan daftar riwayat hidup tim peneliti 

Rambu-rambu dalam Menyusun Laporan PTK
A. Halaman Sampul;
B. Halaman Pengesahan
C. Abstak
D. Kata pengantar
E. Daftar isi
F. Bab 1. penadahuluan:
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
4. Hipotesis Tindakan
5. Manfaat
G. Bab. 2 Kajian Pustaka
H. Bab.3 Metode:
1. Rancangan Penelitian
a. Perencanaan Tindakan
b. Pelaksanaan Tindakan
c. Pengamatan
d. Refleksi
2. Lokasi dan sebjek penelitian
3. pengumpulan data
4. analisis data
I. Bab 4. Hasil dan Pembahasan
J. Bab 5 Penutup
1. Simpulan 2. saran saran

Sabtu, 25 Februari 2012

LAPORAN PENELITIAN EKOLOGI

EKSPLORASI KEKAYAAN SPESIES, APLIKASI AGROEKOLOGI
DAN UPAYA KONSERVASI DI KABUPATEN BREBES
(Berdasarkan Penelitian Lapangan di Telaga Ranjeng, Kaligua dan Waduk Panjalin Kecamatan Paguyangan, Brebes)
Tanggal 21 Januari 2012

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Keanekaragaman hayati merupakan salah satu potensi kekayaan sumberdaya alam hayati yang pada saat ini menjadi masalah yang sangat menarik. Hal ini dikarenakan potensi keanekaragaman hayati merupakan salah satu pendorong bagi berkembangnya bioteknologi. Kekayaan sumberdaya alam hayati ini tergolong yang dapat diperbaharui (Renewable Resources) sehingga dapat dimanfaatkan dan dikembangkan secara terus menerus sebagai salah satu komponen aset pembangunan suatu negara. Namun banyak negara belum melihat potensi yang patut dikembangkan ini sebagai aset yang bermanfaat dan berguna bagi peningkatan ekonomi suatu negara. Karena diabaikannya dalam keikutsertaan sebagai bagian dari konsep pembangunan nasional di banyak negara, tingkat penurunan dan perusakan keanekaragaman hayati meningkat tajam. Di lain pihak, beberapa negara sudah mulai memanfaatkan keanekaragaman hayati ini. Tapi hanya sebagian kecil saja yang berhasil karena keterbatasan kemampuan yang dimilikinya seperti keterbatasan riset, teknologi yang belum memadai, dana yang belum diprioritaskan dan beberapa masalah lainnya. Keadaan ini menimbulkan keinginan negara-negara di dunia untuk meningkatkan kerjasama internasional. Tujuan kerjasama ini tidak hanya untuk memanfaatkan serta mengembangkan keanekaragaman hayati sebagai suatu kekayaan dunia, akan tetapi juga melakukan tindakan konservasi agar tidak mengalami degradasi yang cepat. Dan hal yang terpenting adalah diterapkannya konsep sustainable use yaitu penggunaan berkelanjutan terhadap sumber genetika keanekaragaman hayati ini yang akan diwariskan pada generasi mendatang.

Keanekaragaman hayati (Biodiversity) dapat dikatakan sebagai suatu variasi atau perbedaan yang ada pada organisme-organisme hidup dan lingkungan ekologi. Karena adanya variasi maka sering dikatakan sebagai jumlah jenis yang ada. Maka makin besar jumlah jenis, makin tinggi tingkat keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati juga dapat dikatakan sebagai suatu istilah yang menekankan pada semua jenis spesies tumbuhan, hewan dan mikroorganisme juga dengan ekosistimnya dimana mereka merupakan bagian yang tak terpisahkan, termasuk jumlah dan frekuensi ekosistem, spesies dan gen yang saling berkaitan. 

Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di antara dua benua (Asia dan Australia) serta dua samudera (Pasifik dan Hindia), dikaruniai keanekaragaman hayati yang amat kaya dan khas. Dalam menilai potensi keanekaragaman hayati , seringkali yang lebih banyak menjadi pusat perhatian adalah keanekaragaman jenis (spesies) karena paling mudah teramati. Sekitar 10 % dari semua jenis makhluk hidup yang pada saat ini hidup dan menghuni bumi ini terkandung pada kawasan negara Indonesia, yang luas daratannya tidak sampai sepertujuh puluh lima dari luas daratan muka bumi. Secara rinci dapat diuraikan bahwa Indonesia dengan 17.058 pulau-pulaunya mengandung 10 % dari total jenis tumbuhan berbunga di dunia, 12 % dari total mamalia di dunia, 16 % dari total reptil dan ampibia di dunia, 17 % dari total jenis burung di dunia dan 25 % atau lebih dari total jenis ikan di dunia, 2827 spesies binatang tidak bertulang belakang selain ikan air tawar, 35 spesies primata atau 18% endemik dengan urutan ke empat di dunia.

Desa Pandansari yang terletak di Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes adalah desa yang memiliki karakteristik sebagai desa potensial. Karakteristik ini didukung oleh kekayaan hayati baik flora dan faunanya, memiliki obyek-obyek wisata agro yang baik dan bisa dikembangkan menjadi agrowisata yang tidak hanya untuk wisatawan domestik tapi bisa diarahkan untuk menjadi kawasan wisata nasioanl yang potensial dengan dukungan dari berbagai elemen masyarakat dan pemerintah. Desa Pandansari menyimpan banyak potensi sumberdaya alam diantaranya adalah Telaga Ranjeng, perkebunan teh Kaligua yang sejuk dan budaya pertanian yang baik. 

Oleh karena itu mengingat betapa pentingnya pengetahuan tentang kondisi Desa Pandansari di Kecamatan Paguyangan ini maka perlu dikaji dan diteliti lebih jauh tentang kekayaan hayatinya, aplikasi agroekologi dan konservasi lahan yang dilakukan oleh masyarakat setempat melalui penelitian lapangan.

B.    Perumusan Masalah
Rumusan Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
  1. Bagaimanakah  kekayaan hayati dan estimasi karbon tersimpan di Hutan Pinus di Gunung Slamet bagian barat ?.
  2. Bagaimanakah kondisi dan aspek-aspek agroekologi didaerah agrowisata Kaligua ?.
  3. Bagaimanakah upaya konservasi tanah dan air di daerah agrowisata Kaligua ?.
  4. Bagaimanakah  ekosistem yang terdapat pada perairan telaga dengan waduk ?.

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya praktikum lapangan ekologi  adalah :
  1. Untuk mengetahui kekayaan hayati dan estimasi karbon tersimpan di Hutan Pinus di Gunung Slamet bagian barat. Dari analisa ini tujuan lebih lanjut yang akan kita dapatkan adalah pengetahuan tentang jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di hutan pinus di gunung Slamet bagian barat, rata-rata ketinggian, diameter, biomasaa dan estimasi karbon tersimpan yang terdapat di hutan pinus tersebut.
  2. Untuk mengetahui aspek agroekologi didaerah agrowisata Kaligua, tujuan lebih lanjut adalah kita dapat mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang ada, iklim mikro (humiditas, pH tanah, temperatur udara), kemiringan tanah dan aktivitas masyarakat di sekitar daerah kaligua.
  3. Untuk mengetahui upaya konservasi tanah dan air di daerah agrowisata Kaligua,  tujuan lebih lanjut dari analisa ini adalah kita dapat mengetahui informasi tentang upa-upaya konservasi tanah dan air yang dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan pertanian holtikultur.
  4. Untuk mengetahui perbandingan ekosistem antara perairan telaga dengan waduk, tujuan lebih lanjut adalah kita dapat mengetahui sumber air, kedalaman, kejernihan, pH, temperatur dan spesies tumbuhan dan hewan yang ditemukan disekitar telaga dan waduk.

D.    Manfaat Penelitian
  1. Dengan praktikum lapangan ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat untuk lebih jauh meneliti keberadaan daerah disekitar desa Pandansari yang memiliki potensi sebagai daerah agrowisata.
  2. Hasil praktikum lapangan ini setidaknya dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian berikutnya.

MATERI DAN METODE
A.    Materi Dan Bahan 

Alat yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah : Alat pengukur ketinggian tempat (altimeter), GPS (global position system), pengukur ph tanah, pengukur derajat keasaman  air,  pengukur ketinggia pohon (hegameter), tali rapia (untuk mengukur keliling batang pohon), meteran, kamera, ballpoint dan tabel pengamatan.

Bahan yang digunakan adalah bahan-bahan yang diperlukan dan terkait dengan pengumpulan data primer dan data sekunder yang akan dilakukan. Data Primer didapat dari pengukuran secara langsung atau hasil survei yang dilakukan terhadap kondisi telaga ranjeng, kondisi lahan dan petani yang terdapat di Lokasi studi. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga yang menangani dlm hal ini adalah perhutani. Data tersebut meliputi data luas dan volume telaga ranjeng dan waduk panjalin. 

B.    Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan pengukuran. Observasi digunakan untuk mengamati vegetasi dan hewan yang hidup disekitar telaga renjeng, mengamati aktivitas masyarakat setempat,  wawancara digunakan untuk mengetahui aktivitas fisik harian penduduk yang berkaitan dengan pekerjaan, budaya dan upaya pelestarian lingkungan warga sekitar, metode pngukuran digunakan untuk mengukur kondisi fisik tempat  penelitian seperti areal hutan pinus,  telaga ranjeng dan waduk panjalin yang meliputi : ph air dan tanah, ketinggian tempat, letak lintang dan bujur lokasi penelitian, ketinggian pohon, keliling batang pohon, tingkat kejernihan air telaga, waduk dan sebagainya.

C.    Analisa Data
Data dianalisa secara kuantitatif dan kualitatif.  Analisa Data kuantitatif digunakan untuk menganalisa data yang diperoleh dari pengukuran, sedangkan data kualitatif seperti aktivitas penduduk setempat dianalisa secara kualitatif deskriptif.

PEMBAHASAN
A.    Karakteristik Daerah Penelitian
1.    Kabupaten Brebes

Brebes adalah sebuah kabupaten dengan jumlah penduduknya paling banyak di Jawa Tengah yang mayoritas menggunakan Bahasa Jawa khas Brebes. Ada juga penduduk di sebagian desa dan kecamatan yang menggunakan Bahasa khas Sunda Brebes. Sebagian besar wilayah Brebes adalah dataran rendah, dengan dataran tinggi di bagian barat daya (Gunung Pojoktiga dan Gunung Kumbang), dan di bagian tenggara terdapat daerah pegunungan yang merupakan bagian dari Gunung Slamet. Kabupaten Brebes berbatasan dengan Laut Jawa di Utara, dengan Kabupaten Cilacap dan Banyumas di Selatan, dengan Kabupaten Cirebon dan Kuningan di Barat, serta Kabupaten Tegal dan Kota Tegal di sebelah Timur. 

Letak geografis Kabupaten Brebes berada di antara 108" 41" 37" BT - 109" 11" 29" BT dan 6"44"56,5" LS - 7"20"51,48" LS dengan jarak terjauh utara selatan 59 kilometer dan barat timur 50 kilometer. Wilayah adiminstrasi Kabupaten Brebes terbagi menjadi 17 kecamatan terdiri atas 292 desa dan lima kelurahan dengan luas wilayah 166,117 hektare yang terdiri atas lima kecamatan merupakan wilayah pantai, sembilan kecamatan dataran rendah, dan tiga kecamatan dataran tinggi atau perbukitan. Dengan jumlah penduduk sekitar 1.800.000 jiwa, daerah ini bukan saja merupakan pasar potensial untuk pemasaran beragam produk, melainkan juga sebagai salah satu pilihan tempat untuk investasi. Lokasinya yang strategis dan keberadaan kondisi stabilitas keamanan, sosial, dan politik yang relatif kondusif menjadi nilai tambah bagi kabupaten Brebes.

2.    Potensi Di Desa Pandansari Kecamatan Paguyangan
Pandansari adalah desa di kecamatan Paguyangan, Brebes, Jawa Tengah, Indonesia. Desa ini berada di sekitar 14 kilometer arah timur dari pusat pemerintah kecamatan. Mayoritas penduduk desa Pandansari bekerja di sektor pertanian, yakni sayur mayur. Produk sayur mayur seperti wortel, kentang, kobis dipasarkan ke berbagai wilayah antara lain Banyumas dan Jakarta. Selain itu, sebagian warga lainnya bekerja sebagai buruh pemetik teh di kebun teh kaligua yang dikelola oleh PTPN IX Jateng.

Selain pertanian, potensi peternakan juga cukup berkembang di desa yang berada di lereng gunung Slamet itu. Antara lain ternak yang dikembangkan, Domba Texel dan Sapi Peranakan Ongol (PO). Populasi Domba Texel saat ini berkisar 500 ekor, sementara untuk sapi PO tidak lebih dari 50 ekor karena baru dikembangkan mulai pertengahan 2009. Selain sektor pertanian dan peternakan, Desa Pandansari memiliki potensi wisata yang luar biasa. Antara lain Agrowisata Kebun Teh Kaligua dan Telaga Ranjeng. Lokasinya dapat ditempuh dengan berbagai jenis kendaraan dengan kondisi jalan beraspal hotmik.

Pemerintah Kabupaten Brebes saat ini telah mengembangkan Desa Wisata Pandansari yang terletak di Kecamatan Paguyangan sebagai obyek tujuan wisata baru. Pengembangan desa wisata ini sejalan dengan potensi kawasan yang memiliki produk-produk unggulan baik pertanian maupun peternakan. Pengembangan Desa Wisata Pandansari diarahkan pada pengembangan kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya : atraksi pertanian hortikultura dan peternakan, akomodasi, makanan-minuman, dan kebutuhan wisata lainnya. 

Selanjutnya memperkaya Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) di Desa Wisata Pandansari, berbagai peningkatan fasilitas dan kegiatan yang direncanakan antara lain :
  1. Eco-lodge : Renovasi homestay agar memenuhi persyaratan akomodasi wisatawan, atau membangun guest house berupa,    bamboo house, traditional house, log house, dan lain sebagainya.
  2. Eco-recreation : Kegiatan pertanian, pertunjukan kesenian lokal, memancing ikan di kolam, jalan-jalan di desa (hiking), biking di desa dan lain sebagainya.
  3. Eco-education : Mendidik wisatawan mengenai pendidikan lingkungan dan memperkenalkan flora dan fauna yang ada di desa yang bersangkutan.
  4. Eco-research  : Meneliti flora dan fauna yang ada di desa, dan mengembangkan produk yang dihasilkan di desa, serta meneliti
  5. Keadaan sosial ekonomi dan budaya masyarakat di desa dan sebagainya.
  6. Eco-development  : Menanam jenis-jenis pohon yang buahnya untuk makanan burung atau binatang liar, tanaman hias, tanaman obat, dan lain-lain agar bertambah populasinya.
  7. Pengembangan desa wisata di Desa Pandansari juga diharapkan menjadi daya dukung objek wisata Kebun Teh Kaligua, yang terletak di wilayah tersebut.

3.    Lokasi Penelitian
a.    Telaga Ranjeng

Telaga Ranjeng, atau biasa juga diucapkan telaga renjeng berlokasi di Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Telaga Ranjeng merupakan objek wisata air potensial di kabupaten Brebes. Telaga Ranjeng yang dibangun tahun 1924, berada di bawah kaki Gunung Slamet dan merupakan bagian dari kawasan cagar alam milik Perhutani Pekalongan Timur. Cagar alam tersebut memiliki luas empat puluh delapan setengah hektar terdiri dari hutan damar dan pinus yang mengelilingi telaga, yang sebelumnya merupakan tempat mandi para tokoh kerajaan di Jawa.

Kawasan Telaga Ranjeng secara administratif masuk dalam wilayah Desa Pandansari, Keamatan paguyangan, Kabupaten Brebes. Secara geografis terletak antara 108o41’38,7’’ BT-109o11’28,92’’ BT dan 6o44’56,50’’ LS-7o20’51,48’’ LS. Kawasan yang memiliki luas kurang lebih 30 ha ini ditetapkan menjadi kawasan cagar alam berdasarkan SK Gubernur Belanda Nomo 25 Tanggal 11 januari 1925 dan SK Menteri kehutanan Nomor 359/Menhut-II/2004 tanggal 1 Oktober 2004. Cagar alam ini dikelilingi kawasan hutan Perum Perhutani Resort Pemangkuan Hutan Kalikidang, BKPH Kretek, KPH Pekalongan Barat. Daya tarik dari Telaga Ranjeng adalah udara pegunungan yang sejuk, hutan lindung, cagar alam, serta terdapat beribu-ribu ikan lele yang jinak dan dianggap keramat, yang dianggap sebagai penghuni telaga. Konon ikan lele penunggu Telaga Ranjeng yang memiliki kedalaman tiga meter, hanya bisa diajak bermain-main dan tidak diperkenankan untuk diambil meski hanya satu ekor.

b.    Obyek Wisata Agro Kaligua

Perkebunan teh Kaligua merupakan kawasan wisata agro dataran tinggi yang terletak di Kaligua Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Tepatnya di wilayah Brebes bagian Selatan. Wisata agro Kaligua dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Jawa Tengah dan merupakan diversifikasi usaha untuk meningkatkan optimalisasi aset perusahaan dengan daya dukung potensi alam yang indah. Hasil pengolahan perkebunan teh Kaligua adalah berupa produk hilir teh hitam (black tea) dengan merk “Kaligua” dalam kemasan teh celup dan serbuk.

 Lokasi wisata agro Kaligua terletak sekitar 10 kilometer dari arah kota Kecamatan Paguyangan, atau sekitar 15 kilometer dari Bumiayu. Jalur transportasi dapat ditempuh melalui jalur utara melalui Brebes atau Tegal-Bumiayu-Kaligua, Cirebon-Bumiayu-Kaligua, dan jalur selatan melalui Purwokerto-Paguyangan-Kaligua. Jalur tersebut dilewati jalan utama Tegal-Purwokerto, tepat masuk lewat pertigaan Kaligua, Kretek dan perjalanan mulai berkelok-kelok, dan naik-turun.

Perkebunan teh Kaligua berada pada ketinggian 1200-2050 m dpl. Kondisi udara sangat dingin, berkisar  8°-22° C pada musim penghujan dan mencapai 4°-12° C pada musim kemarau. Jadi tidak heran kalau wilayah perkebunan teh ini hampir selalu diselimuti kabut tebal. Perkebunan teh tersebut terletak di lereng barat Gunung Slamet (3432 m dpl) yang merupakan gunung tertinggi kedua di pulau jawa setelah Gunung Semeru. Dari salah satu tempat di perkebunan teh Kaligua kita dapat menikmati keindahan puncak gunung Slamet dari dekat, yaitu puncak Sakub. 

Perkebunan teh Kaligua meru-pakan warisan pemerintah kolonial Belanda. Pabrik dibangun pada tahun 1889 untuk memproses langsung hasil perkebunan menjadi teh hitam. Kebun ini dikelola oleh warga Belanda bernama Van De Jong dengan nama perusahaan Belanda John Fan & Pletnu yang mewakili NV Culture Onderneming. Sebagai penghargaan makam Van De Jong masih terawat sampai saat ini di lokasi kebun Kaligua.

Kawasan wisata agro Kaligua memberikan banyak pilihan untuk wisata. Sebab, terdapat beberapa situs wisata menarik yang berada di seputaran Kaligua. misalnya Gua Jepang, Tuk Benih, Gua Angin, Makam Pendiri kebun Van De Jong. Beberapa vila milik perkebunan bisa dimanfaatkan oleh pengunjung yang ingin bermalam. Kawasan perkebunan teh Kaligua, selain menarik untuk sarana wisata keluarga, juga sangat cocok untuk refreshing bagi orang kota yang setiap hari disibukkan oleh rutinitas kerja. Untuk melayani wisatawan, pihak perkebunan menyediakan fasilitas homestay  (penginapan) yang cukup baik.

c.    Waduk Panjalin

Waduk Penjalin. Objek Wisata Waduk Penjalin adalah sebuah bendungan yang dibangun tahun 1930 semasa penjajahan Belanda bersamaan dengan Waduk Malahayu di Brebes Bagian Utara. Waduk ini memiliki luas 1,25 m2 dan isi 9,5 Juta m3.

Waduk penjalin yang berada di Desa Winduaji, Kecamatan Paguyangan merupakan salah satu aset pariwisata di Brebes selatan yang  memiliki potensi baik untuk dijadikan wisata air. Waduk seluas lebih kurang 125 ha, yang berada 12 kilometer dari Kecamatan Bumiayu sangat tepat di jadikan sarana berlibur. Waduk Penjalin telah berdiri waktu zaman kemerdekaan. Menurut sejarah, waduk itu dibangun pada masa penjajahan Belanda. Dari waduk itu selanjutnya menyebar menjadi jaringan pengairan yang mengaliri puluhan hektare lahan pertanian warga sekitar. Warga sekitar memanfaatkan kekayaan alam sekitar waduk sebagai tempat mencari nafkah, antara lain mencari ikan, memelihara keramba apung, dan pada saat Lebaran warga menyewakan perahu untuk rekreasi air keliling waduk. Sekarang, waduk itu banyak dimanfaatkan warga kota untuk berlibur dan bersantai.

4.    Keaneragaman Spesies, Agroekologi dan Konservasi Lahan Pertanian Di Desa Padansari, Paguyangan, Brebes
a.    Keaneragaman Spesies
Telaga Ranjeng yang terletak di Desa Pandansari, kecamatan Paguyangan, kabupaten Brebes memiliki keanekaragaman hayati yag cukup tinggi. Telaga Ranjeng mempunyai tipe ekosistem  hutan hujan tropika pegunungan tinggi dan tipe ekosistem perairan berupa telaga. Jenis flora ng terdapat di kawasan ini diantaranya Quercus spp (pasang), Lithocorpus spp, Cinamommum sp (manis keningar), Pinus Mercusi (pinus)dan yang paling sering dijumpai adalah Engeihardila spicata (Ki hujan) dengan bunga dan buah yang menggantung ke bawah. Sedangka vegetasi yag menutupi lantai hutan diantaranya Centella asatica (antanan), Eupatorium sp (jaka tua), Curtilago latifolia (nyangku), Lantana camara (tembelekan). Berdasarkan pengamatan dan catatan data sekunder BKSDA Provinsi Jawa Tengah terdapat 40 spesies tumbuhan yag terdiri dari 36 spesies yang diketahui nama daerah dan latinnya dan 4 spesies yang hanya diketahui nama daerahnya yaitu : bancetan, gembleb, kayu putihan dan kemiri sepet (Yuniarso Amirudin, 2012 : 38).

Kawasan Telaga Ranjeng juga memiliki kekayaan flora berupa tumbuhan bawah. Setidaknya terdapat 5 spesies tumbuhan bawah berupa rumput yang hanya diketahui nama daerahnya yaitu cendet, cengkoba, jayan, rendeh dan semangkung (Yuniarso Amirudin, 2012 : 38). Telaga ranjeng juga memiliki kekayaan flora lain yaitu tanaman anggrek. Berdasarkan tempat tumbuhnya dikawasan Telaga Ranjeng terdapat 2 macam anggrek yaitu anggrek epipit yang tumbuh menempel di pepohonan dan anggrek tanah. Seluruhnya terdiri dari 27 spesies dari 16 suku (Yuniarso Amirudin, 2012 : 39).

Selain kekayaan hayati dalam bentuk flora, kawasan Telaga Ranjeng juga memiliki kekayaan satwa. Berdasarkan hasil pengamatan diketemukan ada 23 jenis fauna yang berada di kawasan Telaga Ranjeng yang terdiri dari 20 jenis terestrial dan 3 fauna akuatik. Dari keseluruhan fauna tersebut 3 diantaranya telah dilindungi diantaranya Bangau Hitam (ciconia episcopus), Burung Elang Bido (spilornis cheela) dan burung Sesap Madu (Fam. Melliphagidae). Hanya 1 mamalia yag tidak dilindungi oleh Undang-undang yaitu Bajing (sundasciurus spp). Terdapat 16 jenis burung yaitu burung bubut, ciblek, cici goci, gelatik batu, burung hantu, kacer, kutilang, pleci, plentet, prenjak, burung puyuh, siung, burung sriti, tengkek dan ayam hutan. Sedangkan spesies aquatik diantaranya adalah lele, wader dan ikan mas (Yuniarso Amirudin, 2012 : 42)

b.    Aplikasi Agroekologi Di Desa Pandansari
Pada prinsipnya konsep agroekologi adalah upaya ekologis untuk mempertemukan kondisi ekologis sumberdaya dengan kondisi ekologis manusia guna mendapatkan manfaat optimal dalam jangka panjang. Kegiatan yang digarap dalam kaitan ini antara lain adalah dalam pilar-pilar berupa agroekosistem, agribisnis, agroindustry, agroforestry, hutan tanaman industri (industrial forest plantation), silvofishery, ekosistem Daerah Aliran Sungai dan ekosistem hutan.

Dalam praktek di lapangan konsep agroekologi adalah upaya mencari bentuk pengelolaan sumberdaya lahan permanen, baik dalam satu komoditi maupun kombinasi antara komoditi pertanian dan kehutanan dan atau peternakan/perikanan secara simultan atau secara bergantian pada unit lahan yang sama dan bertujuan untuk mendapatkan produktivitas optimal, lestari dan serbaguna, dan memperbaiki kondisi lahan atau lingkungan. Dengan demikian konsep ini mencakup aspek struktur ekosistem (structural attribute of ecosystem), yaitu jenis dan susunan tanaman/komoditasnya; fungsi ekosistem (functional attribute of ecosystem) yaitu produktivitas, kelestarian dan perbaikan lahan/lingkungan hidup; dan yang tak kalah penting yaitu kelembagaan, tenaga kerja, teknik pengelolaan dan sosial ekonomi. Kerangka ini akan semakin luas lagi jika diingat bahwa pelaksana agroekologi adalah petani, perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara dan pemerintah/dinas terkait.

Penerapan agroekologi berbasis pada ekologi dan berkonsep pada keberlanjutan hasil pertanian, lingkungan dan ekologinya. Sistem pertanian ini merupakan sistem pertanian mendatang karena dapat menjadi alternatif solusi mengatasi krisis pangan. Agroekologi memberikan pengetahuan dan metode yang dibutukan untuk pembangunan pertanian yang ramah lingkungan produktivitas dan menguntungkan secara ekonomi.

Bentuk penerapan agroekologi (aplikasi agroekologi) sangat beragam tergantung pada sumberdaya lokal. Contoh di negara-negara Afrika menggunakan sistem polikultur. Di Meksiko menggunakan pertanian organik dengan pengaturan perputaran waktu panen, penggunaan pupuk organik dan irigasi yang bersih. Strategi lain dari aplikasi agroekologi yaitu sistem agroforestry. Agroforestry adalah suatu sistem pengolahan lahan yang berasaskan kelestarian yang dapat meningkatkan hasil lahan secara keseluruhan dengan mengkombinasikan tanaman pohon-pohonan dengan tanaman hutan secara bersama-sama pada lahan yang sama. Pertanian ini juga merupakan pengelolaan lahan yang disesuaikan dengan budaya setempat.

Penerapan agroekologi di Indonesia pada umumnya lebih cenderung kepada pertanian tradisional yang bersumbe dari tradisi pertanian keluarga yang menghargai, menjamin dan melindungi kelestarian alam untuk mewujudkan budaya pertanian. Penerapan agroekologi juga memiliki manfaat ekonomi yang bagus karena pertanian ini dapat meningkatkan produktivitas petani dengan meminimalisasi input eksternal yang berimplikasi pada pengurangan biaya produksi.

Berdasarkan pengamatan di lapangan pada lahan-lahan pertanian di Desa Pandansari Kecamatan paguyangan dapat disimpulkan bahwa aplikasi agroekologi dengan menggunakan sistem agrforestry dimana pengolahan lahan dengan mengkombinasikan tanaman pohon-pohonan dengan tanaman hutan secara bersama-sama pada lahan yang sama. Sebagian besar tanaman yang dibudidaya adalah tanaman sayur-sayuran yang dikombinasikan dengan tanaman pinus.

c.     Konservasi Lahan Pertanian Di Daerah Penelitian
Konservasi lahan dalan kajian ini adalah konservasi tanah dan air. Konservasi tanah dalam arti yang luas adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Mengingat tanah dan air merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pengelolaan suatu lahan, sehingga dalam pengertian ini juga termasuk konservasi air. Dalam arti yang sempit konservasi tanah diartikan sebagai upaya mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi. Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan mengatur waktu aliran agar tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau (Arsyad, 2006).


Konservasi tanah adalah segala upaya yang ditujukan untuk mencegah kerusakan tanah. Pencegahan kerusakan tanah terutama akibat erosi dilakukan dengan cara menurunkan kekuatan perusak, dalam hal ini air hujan, serta memperbaiki kedaan tanah sehingga memiliki daya tahan yang tinggi terhadap erosi. Butiran air hujan jatuh yang dapat menimbulkan tumbukan ke atas permukaan tanah dikurangi kekuatannya dengan cara menutup tanah yang terbuka dengan tanaman atau sisa-sisa tanaman. Air yang mengalir di atas permukaan tanah diusahakan sedikit mungkin dan sebagian besar diusahakan masuk ke tanah bagian dalam. Dengan kata lain, daya menyerap air dari tanah harus diperbesar. 

Pada dasarnya ada tiga (3) metoda konservasi tanah yang dapat dilakukan, yaitu metoda agronomi atau vegetatif, metoda mekanik, dan metoda kimia. Dua metoda pertama lebih banyak diaplikasikan dan prospektif diterapkan di Indonesia. Metoda ketiga tampaknya perlu biaya besar dan sebagian besar masih dalam tataran penelitian. Konservasi tanah dengan metoda agronomi atau vegetatif adalah pemanfaatan tanaman serta sisa-sisa tanaman untuk menurunkan daya rusak air, baik itu air hujan yang jatuh maupun aliran permukaan. Menurut Arsyad (1989) metoda vegetatif meliputi : Penanaman tanaman yang terus menerus tanpa membiarkan lahan terbuka, penanaman tanaman dalam lajur atau strip, pergiliran tanaman dengan tanaman pupuk hijau atau tanaman penutup tanah, sistem pertanian hutan (agroforestry), pemanfaatan sisa-sisa tanaman sebagai mulsa dan penambahan bahan organik, dan penanaman rumput pada saluran-saluran air. Metoda mekanik merupakan perlakuan fisik terhadap tanah guna menurunkan daya rusak aliran permukaan dan erosi, serta meningkatkan kemampuan penggunaan tanah untuk budidaya tanaman. Metoda ini dapat memperlambat laju aliran permukaan, menampung air dan menyalurkannya dengan gaya yang tidak merusak, memperbesar kemampuan tanah menyerap air, memperbaiki aerasi dan permeabilitas, serta membantu penyediaan air bagi tanaman (Arsyad, 1989). Metoda mekanik meliputi : pengolahan tanah minimum, pengolahan tanah menurut garis kontur, pembuatan guludan menurut kontur, pembuatan teras, dam, rorak, tanggul, serta perbaikan drainase dan irigasi. Cara kimia didasarkan pada usaha terencana menambahkan bahan-bahan kimia ke dalam tanah untuk memperbaiki sifat tanah. Dengan kata lain, merupakan usaha pemantapan tanah (soil conditioning) dalam rangka memperbaiki, memulihkan keadaan sifat fisik tanah dengan menggunakan bahan-bahan kimia (bahan pemantap tanah). Pemakaian bahan pemantap tanah ini harus dengan perhitungan yang tepat dan matang karena pemakaian yang salah akan lebih merusak keadaan, menimbulkan keracunan pada tanaman dan beberapa akibat lainnya yang akan merugikan para petani termasuk biaya aplikasi yang sangat besar. Lebih merusak keadaan artinya tanah menjadi lebih peka terhadap pengikisan dan penghanyutan yang akibatnya pertumbuhan tanamanpun akan banyak mendapat gangguan (Kartasapoetra, 1998). 

Dua manfaat utama pertanian konservasi dibandingkan dengan teknik pertanian lain, yaitu input tenaga kerja yang rendah dan penggunaan proses ekologis alamiah secara efektif. Pertanian konservasi memanfaatkan proses ekologis alami untuk mempertahankan kelembaban, meningkatkan kesuburan tanah, memperkuat struktur tanah, dan mengurangi erosi serta keberadaan hama penyakit. Hal itu dilakukan melalui tiga cara, yaitu dengan meminimalkan gangguan pada tanah, menyimpan sisa tanaman, dan rotasi tanaman. Pembajakan dan pembakaran mengganggu tanah dan biota kecil yang hidup di dalamnya. Sebaliknya, pertanian konservasi sangat sedikit mengganggu tanah, memberi kesempatan flora dan fauna tanah yang ada untuk tumbuh subur secara alami. Flora dan fauna tanah tersebut akan membusukkan sisa tanaman yang dijadikan penutup tanah oleh petani, sehingga menambah nutrisi pada tanah dan meningkatkan struktur humus tanah. Selain itu, pertanian konservasi mampu memanfaatkan hujan dengan lebih baik sebab tanah yang ditutupi oleh sisa tanaman akan menyerap lebih banyak air hujan dan mengalami lebih sedikit penguapan. Saat curah hujan rendah, lahan akan menangkap kelembaban yang ada di udara. Penutupan tanah juga mengurangi kikisan air, yang jika dipadukan dengan struktur tanah yang telah diolah, akan mampu mengurangi erosi tanah dari air dan angin. Akhirnya, rotasi tanaman mendapat keuntungan dari proses ekologis alamiah melalui kacaunya siklus hama penyakit, dan pemakaian tanaman polong-polongan untuk mengikat nitrogen di dalam tanah. Dalam jangka panjang, pertanian konservasi yang memanfaatkan proses ekologis alami mengurangi pemakaian pupuk dan pestisida oleh petani sehingga mendukung pendekatan penggunaan input luar rendah.

Berdasarkan observasi dan pengamatan di lapangan dan berdarkan kajian di atas dapat disimpulkan bahwa pertanian holtikultura di daerah penelitian yaitu di desa Pandansari, paguyangan menggunakan teknik konservasi vegetatif. Hal itu dibuktikan dengan tidak dijumpainya konservasi dengan sistem mekanik pada lahan pertanian-pertanian mereka dalam bentuk teras, sistem penanaman sayur sayuran dan tanaman holtikulur mengikuti arah kontur dengan tanaman tumpangsari. Ciri-ciri lain dalam konservasi sistem vegetatif adalah penanaman tanaman dilakukan secara terus menerus tanpa membiarkan lahan terbuka, penanaman tanaman dalam lajur atau strip, pergiliran tanaman dengan tanaman pupuk hijau atau tanaman penutup tanah, sistem pertanian hutan (agroforestry), pemanfaatan sisa-sisa tanaman sebagai mulsa dan penambahan bahan organik, dan penanaman rumput pada saluran-saluran air.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 
B.    Hasil Pengukuran Data Penelitian
1.    Estimasi Karbon Tersimpan dan Kekayaan Hayati
a.    Kekayaan Hayati
-    Spesies tumbuhan yang ditemukan adalah pinus, teh, pisang, kopi, cengkeh.
-    Spesies hewan yang ditemukan adalah musang, semut, jangkrik, capung.
b.    Estimasi Karbon
Adalah menghitung volume batang pinus carva. Adapun hasil pengukuran tinggi dan keliling batang pohon setinggi dada adalah :
-    Pohon pertama
Tinggi     : 14 m
Keliling     : 76 cm, jadi jari-jarinya adalah : 76/ 2 = 12 cm
Jadi volumenya adalah          . r2 . t
    =     3,14 (0,12)2 . 14
    =     0,63 m3
-    Pohon Kedua
Tinggi     :     16 m
Keliling     :     76 cm, jadi jari-jarinya (r) = 76/2 =
        76/2.3,14 = 12 cm
Jadi volumenya adalah           . r2 . t
    =     3,14 . (0,12)2 . 16
    =     0,72 m3
-    Pohon Ketiga
Tinggi     :     16 m
Keliling     :     85 cm, jadi jari-jarinya (r) = 85/2 = 85/2.3,14 =
        13,53 cm
Jadi volumenya adalah           . r2 . t
    =     3,14 . (0,135)2 . 16
    =     0,92 m3

Jadi volume rata-rata pohon adalah = (0,63m3 + 0,72m3 +0,92m3)/3
            = 0,76 m3

Jadi estimasi jumlah volume total batang pohon (biomassa) =
Jumlah total pohon x Rata-rata volume per pohon
=     112 pohon x 0,76 m3/pohon
=     85,12 m3
Sehingga estimasi karbon yang tersimpan =
    0,46 x Biomassa
=     0,46 x 85,12
=     39,155 m3
Karena luasan area hutan yang diukur seluas (20 x 120) m2
=     2400
=     0,24 Ha
Jadi potensi karbon tersimpan di area hutan yang diukur
39,155 : 0,24
=     163,15 m3/ Ha

2.    Analisa Aspek Agro Ekologi di Kaligua
a.    Jenis tumbuhan yang ditemukan
Yaitu pohon pinus carva, holtikultutalnya antara lain pisang, waluh, teh, talas, alang-alang, wortel.
b.    Iklim Mikro
Suhu     :     21,5o C
Kelembaban     :     67%
c.    Kemiringan lereng
Berkisar antara 45% sampai dengan 58% atau 24o sampai dengan 30o. Apabila diklasifikasikan kemiringan lereng maka areal pengukuran termasuk curam.
d.    Dari hasil wawancara dengan pemetik teh di Agrowisata Kaligua, diperoleh data primer sebagai berikut :
Pekerja pada PT. Nusantara yang bergerak pada perusahaan teh kaligoa yang bekerja sebagai pemetik teh terdiri dari 2 kategori yaitu :
1.    Buruh harian lepas
2.    Buruh tetap dari PTPN IX
Untuk buruh Harian Lepas, Rp 27.000 per hari. Sedangkan untuk Buruh Tetap sebesar Rp 24.500 per hari ditambah dengan insentif mingguan dan fasilitas kesehatan. Buruh tersebut efektif bekerja mulai 06.30 sampai dengan 13.30.
3.    Telaga Ranjeng
Kawasan Telaga Ranjeng secara administratif masuk dalam wilayah Desa Pandansari, Keamatan paguyangan, Kabupaten Brebes. Secara geografis terletak antara 108o41’38,7’’ BT-109o11’28,92’’ BT dan 6o44’56,50’’ LS-7o20’51,48’’ LS.
-    Suhu udara     :     25,5o C
-    Kelembaban udara     :     59%
-    Ketinggian tempat     :     1538 mdpal
-    pH air     :     5,2
-    Kejernihan     :     90 cm
4.    Waduk
Waduk Penjalin terletak di Desa Winduaji Kecamatan Paguyangan Kab. Brebes. Merupakan waduk yang sumber airnya berasal dari sungai Pemali dan outletnya sungan Penjalin kapasitas waduk sebesar 9,5 juta m3 yang membentang seluas 1,25 km2.
a.    Titik Pertama
-    Kedalaman     :     1,3 – 1,5 cm
-    Kejernihan     :     1,40 m
-    Temperatur     :     28o C
-    pH     :     6
b.    Titik Kedua
-    Kejernihan     :     1,4 m
-    Kedalaman     :     10,3 m
-    Temperatur     :     28o C
-    pH     :     6
c.    Titik Ketiga
-    Kejernihan     :     1,55 m
-    Kedalaman     :     12,7 m
-    Temperatur     :     28o C
-    pH     :     6
d.    Titik Keempat
-    Kejernihan     :     1,65 m
-    Kedalaman     :     13,5 m
-    Temperatur     :     28o C
-    pH     :     6
Spesies tumbuhan dan hewan yang ditemukan di Telaga Ranjeng dan Waduk Penjalin.
a.    Telaga Ranjeng
-    Spesies Tumbuhan
1.    Pinus Carva
2.    Lamdaru
Tumbuhan dan holtikultural yang ditemukan yaitu wortel, kubis, waluh, kentang, pisang dan semak-semak.
-    Spesies Hewan
Yang ditemukan ikan lele, ikan mas, ikan kalper, burung terkukur, burung cucak rowo, ular pyton, ular sanca.
b.    Waduk Penjalin
-    Spesies tumbuhan
Yang ditemukan yaitu ganggang.
-    Spesies hewan
Yang ditemukan yaitu ikan betutu, ikan mujahir, ikan nila.

PENUTUP
Telaga Ranjeng yang terletak di Desa Pandansari, kecamatan Paguyangan, kabupaten Brebes memiliki keanekaragaman hayati yag cukup tinggi. Telaga Ranjeng mempunyai tipe ekosistem  hutan hujan tropika pegunungan tinggi dan tipe ekosistem perairan berupa telaga. Selain kekayaan hayati dalam bentuk flora, kawasan Telaga Ranjeng juga memiliki kekayaan satwa. Berdasarkan hasil pengamatan diketemukan ada 23 jenis fauna yang berada di kawasan Telaga Ranjeng yang terdiri dari 20 jenis terestrial dan 3 fauna akuatik.

Agroekologi adalah upaya ekologis untuk mempertemukan kondisi ekologis sumberdaya dengan kondisi ekologis manusia guna mendapatkan manfaat optimal dalam jangka panjang. Kegiatan yang digarap dalam kaitan ini antara lain adalah dalam pilar-pilar berupa agroekosistem, agribisnis, agroindustry, agroforestry, hutan tanaman industri (industrial forest plantation), silvofishery, ekosistem Daerah Aliran Sungai dan ekosistem hutan. Salah satu strategi dari aplikasi agroekologi yaitu sistem agroforestry. Agroforestry adalah suatu sistem pengolahan lahan yang berasaskan kelestarian yang dapat meningkatkan hasil lahan secara keseluruhan dengan mengkombinasikan tanaman pohon-pohonan dengan tanaman hutan secara bersama-sama pada lahan yang sama. Berdasarkan pengamatan di lapangan pada lahan-lahan pertanian di Desa Pandansari Kecamatan paguyangan dapat disimpulkan bahwa aplikasi agroekologi dengan menggunakan sistem agroforestry dimana pengolahan lahan dengan mengkombinasikan tanaman pohon-pohonan dengan tanaman hutan secara bersama-sama pada lahan yang sama. Sebagian besar tanaman yang dibudidaya adalah tanaman sayur-sayuran yang dikombinasikan dengan tanaman pinus.

Upaya konservasi lahan yang dilakukan di Desa Pandansari Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes adalah teknik konservasi vegetatif. Hal itu dibuktikan dengan tidak dijumpainya konservasi dengan sistem mekanik pada lahan pertanian-pertanian mereka dalam bentuk teras, sistem penanaman sayur sayuran dan tanaman holtikulur mengikuti arah kontur dengan tanaman tumpangsari. Ciri-ciri lain dalam konservasi sistem vegetatif adalah penanaman tanaman dilakukan secara terus menerus tanpa membiarkan lahan terbuka, penanaman tanaman dalam lajur atau strip, pergiliran tanaman dengan tanaman pupuk hijau atau tanaman penutup tanah, sistem pertanian hutan (agroforestry), pemanfaatan sisa-sisa tanaman sebagai mulsa dan penambahan bahan organik, dan penanaman rumput pada saluran-saluran air.


PUSTAKA

Dani Ratmoko dkk.2011. Agroekologi Sebagai Solusi Kesejahteraan Petani Indonesia. IPB Bogor.

Yuniarso Amirudin. 2012. Potensi Dan Strategi Pengembangan Ekowisata di Kawasan Telaga Ranjeng Kabupaten Brebes. Tesis. Program Studi Ilmu Lingkungan. Program Pasca Sarjana. Universitas Jenderal Soedirman.
http//: johansyah.blogger.com. Kajian Pola Konservasi Lahan Menuju Sistem Pertanian Berkelanjutan di Kabupaten Kutai Kartanegara. 15 Juni 2011.

http//: wikipedia. Desa Pandansari
http//: wikipedia. Kecamatan Paguyangan
http//: wikipedia. Obyek wisata di Brebes Selatan
http//: senzho & setzha.blogger.com. Menikmati Kesejukan Perkebunan Teh Kaligua Paguyangan Bumiayu.18 januari 2012.

Jumat, 24 Februari 2012

EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

PEMBANGUNAN BIDANG SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
 (ENVIRONMENTAL MANAGEMENT DAN SUSTAINABLE
DEVELOPMENT)


PENDAHULUAN

Pembangunan sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup (LH) diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip keberlanjutan pembangunan nasional di masa mendatang. Terciptanya keseimbangan antara pemanfaatan dan kelestarian SDA dan LH merupakan prasyarat penting bagi terlaksananya keberlanjutan pembangunan SDA dan LH tersebut. Pemanfaatan SDA yang terkendali dan pengelolaan LH yang ramah lingkungan akan menjadi salah satu modal dasar yang sangat penting bagi pembangunan nasional secara keseluruhan. Selain itu, ketersediaan SDA juga mampu memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap pembangunan ekonomi. Pada tahun 2001, sumbangan sektor sumber daya alam terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional adalah sekitar 30 persen dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 57 persen dari total penyerapan lapangan kerja nasional. Namun akibat dari pemanfaatan SDA dan LH yang bersifat eksploitatif, keseimbangan dan kelestariannya mulai terganggu. Oleh karena itu, dalam rangka menjaga keseimbangan dan kelestariannya telah dilakukan berbagai langkah dan tindakan strategis menurut bidang pembangunan yang tercakup dalam pembangunan SDA dan LH. 

Dalam pembangunan kehutanan, pengelolaan hutan untuk pemanfaatan ekonomi yang berlebihan, walaupun telah dibarengi berbagai upaya rehabilitasi hutan dan lahan, selama ini telah mengakibatkan laju kerusakan/degradasi hutan yang sangat luas. Akumulasi degradasi sumberdaya hutan yang terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama telah menimbulkan dampak lingkungan, ekonomi dan sosial yang secara finansial kerugian yang timbul jauh melebihi manfaat yang telah diperoleh. Diperkirakan degradasi hutan alam Indonesia mencapai sekitar 1,6 – 2,1 juta ha per tahun selama 10 tahun terakhir. 

Untuk mengatasi berbagai permasalahan di atas, telah ditetapkan berbagai kebijakan prioritas pembangunan kehutanan, yang mencakup: (1) pemberantasan penebangan liar; (2) penanggulangan kebakaran hutan; (3) restrukturisasi sektor kehutanan; (4) rehabilitasi dan konservasi sumber daya hutan; serta (5) penguatan desentralisasi kehutanan. Kebijakan prioritas tersebut dimaksudkan untuk mengurangi laju kerusakan sumberdaya hutan, mempercepat pemulihannya, dan memberikan peran dan tanggung jawab yang lebih besar kepada masyarakat dan pemerintah daerah. Namun, dalam pelaksanaannya, secara obyektif, kebijakan tersebut belum mampu memulihkan kondisi sumber daya hutan yang ada. Perkembangan permintaan pasar yang berdampak pada tidak sinkronnya kebijakan pengembangan industri pengolahan hasil hutan (sektor hilir) dengan kemampuan produksi bahan baku berupa kayu bulat (sektor hulu) menyebabkan terjadinya kesenjangan bahan baku yang diperkirakan mencapai sebesar 26,12 juta m3 per tahun. Hal ini antara lain yang menyebabkan maraknya penebangan ilegal yang terorganisir untuk “memenuhi” permintaan industri. Di sisi lain, produk jasa yang dapat dihasilkan dari ekosistem hutan (seperti air, keanekaragaman hayati, udara bersih, keindahan alam dan kapasitas asimilasi lingkungan) yang mempunyai manfaat besar sebagai penyangga kehidupan dan mampu mendukung sektor ekonomi lainnya belum berkembang seperti yang diharapkan. Perkembangan di bidang IPTEK sampai saat ini juga belum sepenuhnya dapat berperan atau dimanfaatkan dalam pembangunan. Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan sumber yang penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya. 

Sumberdaya alam menyediakan sesuatu yang diperoleh dari lingkungan fisik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, sedangkan lingkungan merupakan tempat dalam arti luas bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya. Untuk itu, pengelolaan sumber daya alam seharusnya mengacu kepada aspek konservasi dan pelestarian lingkungan. Eksploitasi sumber daya alam yang hanya berorientasi ekonomi hanya membawa efek positif secara ekonomi tetapi menimbulkan efek negatif bagi kelangsungan kehidupan umat manusia. Oleh karena itu pembangunan tidak hanya memperhatikan aspek ekonomi tetapi juga memperhatikan aspek etika dan sosial yang berkaitan dengan kelestarian serta kemampuan dan daya dukung sumber daya alam. Pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber daya alam dan lingkungan hidup sehingga keberlanjutan pembangunan tetap terjamin. Pemanfaatan sumber daya alam seharusnya memberi kesempatan dan ruang bagi peran serta masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan danpembangunan berkelanjutan.

Peranan pemerintah daerah sangat diperlukan dalam perumusan kebijakan pengelolaan sumber daya alam terutama dalam rangka perlindungan dari bencana ekologis. Sejalan dengan otonomi daerah, kontrol masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup merupakan hal yang penting. Dengan demikian hak dan kewajiban masyarakat untuk memanfaatkan dan memelihara keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan harus dapat dioptimalkan. Kesalahan dalam pengelolaan dapat berpotensi mempercepat terjadinya kerusakan sumber daya alam, termasuk kerusakan hutan lindung, pencemaran udara, hilangnya keanekaragaman hayati, kerusakan konservasi alam, dan sebagainya. Meningkatnya intensitas kegiatan penduduk dan industri perlu dikendalikan untuk mengurangi kadar kerusakan lingkungan di banyak tempat yang antara lain berupa pencemaran industri, pembuangan limbah yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan, penggunaan bahan bakar yang tidak aman bagi lingkungan, kegiatan pertanian, penangkapan ikan, dan eksploitasi hutan lindung yang mengabaikan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Dengan memperhatikan permasalahan dan kondisi sumber daya alam dan lingkungan hidup dewasa ini, maka kebijakan di bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup ditujukan pada upaya : (1) mengelola sumber daya alam, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui melalui penerapan teknologi ramah lingkungan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampungnya, (2) memberdayakan masyarakat dan kekuatan ekonomi dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, (3) memelihara kawasan konservasi yang sudah ada dan menetapkan kawasan konservasi baru di wilayah tertentu, dan (4) mengikutsertakan masyarakat dalam rangka menanggulangi permasalahan lingkungan.

Sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan (sustainable) dan berwawasan lingkungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup terdiri atas 3 fungsi, yaitu : Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Kebersihan dan masing-masing fungsi memiliki permasalahan spesifik yang akan di uraikan dibawah ini.

PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
1.    Sumberdaya Alam (Natural Resources)

Sumber daya alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang muncul secara alami yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia pada umumnya. Yang tergolong di dalamnya tidak hanya komponen biotik, seperti hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme, tetapi juga komponen abiotik, seperti minyak bumi, gas alam, berbagai jenis logam, air, dan tanah. Inovasi teknologi, kemajuan peradaban dan populasi manusia, serta revolusi industri telah membawa manusia pada era eksploitasi sumber daya alam sehingga persediaannya terus berkurang secara signifikan, terutama pada satu abad belakangan ini. Sumber daya alam mutlak diperlukan untuk menunjang kebutuhan manusia, tetapi sayangnya keberadaannya tidak tersebar merata dan beberapa negara seperti Indonesia, Brazil, Kongo, Sierra Leone, Maroko, dan berbagai negara di Timur Tengah memiliki kekayaan alam hayati atau nonhayati yang sangat berlimpah. Sebagai contoh, negara di kawasan Timur Tengah memiliki persediaan gas alam sebesar sepertiga dari yang ada di dunia dan Maroko sendiri memiliki persediaan senyawa fosfat sebesar setengah dari yang ada di bumi. Akan tetapi, kekayaan sumber daya alam ini seringkali tidak sejalan dengan perkembangan ekonomi di negara-negara tersebut.

Pada umumnya, sumber daya alam berdasarkan sifatnya dapat digolongkan menjadi SDA yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan SDA tak dapat diperbaharui (unrenewable resources).  SDA yang dapat diperbaharui adalah kekayaan alam yang dapat terus ada selama penggunaannya tidak dieksploitasi berlebihan. Tumbuhan, hewan, mikroorganisme, sinar matahari, angin, dan air adalah beberapa contoh SDA terbaharukan. Walaupun jumlahnya sangat berlimpah di alam, penggunannya harus tetap dibatasi dan dijaga untuk dapat terus berkelanjutan. SDA tak dapat diperbaharui adalah SDA yang jumlahnya terbatas karena penggunaanya lebih cepat daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-menerus akan habis. Minyak bumi, emas, besi dan berbagai bahan tambang lainnya pada umumnya memerlukan waktu dan proses yang sangat panjang untuk kembali terbentuk sehingga jumlahnya sangat terbatas, minyak bumi dan gas alam pada umumnya berasal dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang hidup jutaan tahun lalu, terutama dibentuk dan berasal dari lingkungan perairan. Perubahan tekanan dan suhu panas selama jutaaan tahun ini kemudian mengubah materi dan senyawa organik tersebut menjadi berbagai jenis bahan tambang tersebut.

2.    Lingkungan (Environment)

Secara khusus, kita sering menggunakan istilah lingkungan hidup untuk menyebutkan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup segenap makhluk hidup di bumi. Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
  • Unsur Hayati (Biotik), Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kita berada di kebun sekolah, maka lingkungan hayatinya didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam kelas, maka lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman atau sesama manusia.
  • Unsur Sosial Budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.
  • Unsur Fisik (Abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi. Bayangkan, apa yang terjadi jika air tak ada lagi di muka bumi atau udara yang dipenuhi asap? Tentu saja kehidupan di muka bumi tidak akan berlangsung secara wajar. Akan terjadi bencana kekeringan, banyak hewan dan tumbuhan mati, perubahan musim yang tidak teratur, munculnya berbagai penyakit, dan lain-lain.

    B.    JENIS-JENIS SUMBERDAYA ALAM
    1.    Renewable Resorces (Sumberdaya Alam Yang Dapat diperbaharui)

    Sumberdaya Hayati dan Non Hayati, Sumber daya alam memiliki peranan dalam pemenuhan kebutuhan manusia. Untuk memudahkan pengkajiannya, pemanfaatan SDA dibagi berdasarkan sifatnya, yaitu SDA hayati dan non hayati.
      1)     Sumber Daya Alam Hayati
      a)    Tumbuhan
      Tumbuhan merupakan sumber daya alam yang sangat beragam dan melimpah. Organisme ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan oksigen dan pati melalui proses fotosintesis. Oleh karena itu, tumbuhan merupakan produsen atau penyusun dasar rantai makanan. Eksploitasi tumbuhan yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan bahkan kepunahan dan hal ini akan berdampak pada rusaknya rantai makanan. Kerusakan yang terjadi karena punahnya salah satu faktor dari rantai makanan akan berakibat punahnya konsumen tingkat di atasnya. Pemanfaatan tumbuhan oleh manusia diantaranya :
      •    Bahan makanan : padi, jagung,gandum,tebu
      •    Bahan bangungan : kayu jati, kayu mahoni
      •    Bahan bakar (biosolar): kelapa sawit
      •    Obat : jahe, daun binahong, kina, mahkota dewa
      •    Pupuk kompos.
      b)    Pertanian dan Perkebunan
      Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduk Indonesia mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian atau bercocok tanam. Data statistik pada tahun 2001 menunjukkan bahwa 45% penduduk Indonesia bekerja di bidang agrikultur. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa negara ini memiliki lahan seluas lebih dari 31 juta ha yang telah siap tanam, dimana sebagian besarnya dapat ditemukan di Pulau Jawa. Pertanian di Indonesia menghasilkan berbagai macam tumbuhan komoditi ekspor, antara lain padi, jagung, kedelai, sayur-sayuran, cabai, ubi, dan singkong. Di samping itu, Indonesia juga dikenal dengan hasil perkebunannya, antara lain karet (bahan baku ban), kelapa sawit (bahan baku minyak goreng), tembakau (bahan baku obat dan rokok), kapas (bahan baku tekstil), kopi (bahan minuman), dan tebu (bahan baku gula pasir).
      c)    Hewan, Peternakan, dan Perikanan
      Sumber daya alam hewan dapat berupa hewan liar maupun hewan yang sudah dibudidayakan. Pemanfaatannya dapat sebagai pembantu pekerjaan berat manusia, seperti kerbau dan kuda atau sebagai sumber bahan pangan, seperti unggas dan sapi. Untuk menjaga keberlanjutannya, terutama untuk satwa langka, pelestarian secara in situ dan ex situ terkadang harus dilaksanakan. Pelestarian in situ adalah pelestarian yang dilakukan di habitat asalnya, sedangkan pelestarian ex situ adalah pelestarian dengan memindahkan hewan tersebut dari habitatnya ke tempat lain. Untuk memaksimalkan potensinya, manusia membangun sistem peternakan, dan juga perikanan, untuk lebih memberdayakan sumber daya hewan.
      2)     Sumber Daya Alam Non Hayati
      a)    Air
      Air merupakan salah satu kebutuhan utama makhluk hidup dan bumi sendiri didominasi oleh wilayah perairan. Dari total wilayah perairan yang ada, 97% merupakan air asin (wilayah laut, samudra, dll.) dan hanya 3% yang merupakan air tawar (wilayah sungai, danau, dll.). Seiring dengan pertumbuhan populasi manusia, kebutuhan akan air, baik itu untuk keperluan domestik dan energi, terus meningkat. Air juga digunakan untuk pengairan, bahan dasar industri minuman, penambangan, dan aset rekreasi. Di bidang energi, teknologi penggunaan air sebagai sumber listrik sebagai pengganti dari minyak bumi telah dan akan terus berkembang karena selain terbaharukan, energi yang dihasilkan dari air cenderung tidak berpolusi dan hal ini akan mengurangi efek rumah kaca.
      b)    Angin
      Pada era ini, penggunaan minyak bumi, batu bara, dan berbagai jenis bahan bakar hasil tambang mulai digantikan dengan penggunaan energi yang dihasilkan oleh angin. Angin mampu menghasilkan energi dengan menggunakan turbin yang pada umumnya diletakkan dengan ketinggian lebih dari 30 meter di daerah dataran tinggi. Selain sumbernya yang terbaharukan dan selalu ada, energi yang dihasilkan angin jauh lebih bersih dari residu yang dihasilkan oleh bahan bakar lain pada umumnya. Beberapa negara yang telah mengaplikasikan turbin angin sebagai sumber energi alternatif adalah Belanda dan Inggris.
      c)    Tanah
      Tanah termasuk salah satu sumber daya alam non hayati yang penting untuk menunjang pertumbuhan penduduk dan sebagai sumber makanan bagi berbagai jenis makhluk hidup. Pertumbuhan tanaman pertanian dan perkebunan secara langsung terkait dengan tingkat kesuburan dan kualitas tanah.  Tanah tersusun atas beberapa komponen, seperti udara, air, mineral, dan senyawa organik. Pengelolaan sumber daya nonhayati ini menjadi sangat penting mengingat pesatnya pertambahan penduduk dunia dan kondisi cemaran lingkungan yang ada sekarang ini.

      b.    Energi Terbarukan
      Energi terbarukan energi yang berasal dari "proses alam yang berkelanjutan", seperti tenaga surya, tenaga angin, arus air proses biologi, dan panas bumi. Dari definisinya, semua energi terbarukan sudah pasti juga merupakan energi berkelanjutan, karena tersedia di alam dalam waktu yang relatif sangat panjang sehingga tidak perlu khawatir atau antisipasi akan kehabisan sumbernya.
      a)    Tenaga Surya
      Energi surya yang dimaksud di sini adalah energi yang dikumpulkan langsung dari cahaya matahari. Tenaga surya dapat Digunakan untuk :
      •    Menghasilkan listrik Menggunakan sel surya
      •    Menggunakan menghasilkan pembangkit listrik tenaga panas surya
      •    Menghasilkan listrik Menggunakan menara surya
      •    Memanaskan gedung, secara langsung
      •    Memanaskan gedung, melalui pompa panas
      •    Memanaskan makanan, Menggunakan oven surya.
      Jelas matahari tidak memberikan energi konstan untuk setiap titik di bumi, sehingga penggunaannya terbatas. Sel surya sering digunakan untuk daya baterai, karena kebanyakan aplikasi lainnya akan membutuhkan sumber energi sekunder, untuk mengatasi padam. Beberapa pemilik rumah menggunakan tata surya yang menjual energi ke grid pada siang hari, dan menarik energi dari grid di malam hari, inilah keuntungan untuk semua orang, karena permintaan listrik AC tertinggi pada siang hari.
      b)    Tenaga Angin
      Karena matahari memanaskan permukaan bumi secara tidak merata, maka terbentuklah angin. Energi Kinetik dari angin dapat Digunakan untuk Menjalankan Turbin angin, Beberapa mampu memproduksi tenaga 5 MW. Keluaran tenaga Kubus adalah fungsi dari kecepatan angin, maka Turbin tersebut paling tidak membutuhkan angin dalam kisaran 5,5 m / d (20 km / j), dan dalam praktek sangat sedikit wilayah yang memiliki angin yang bertiup terus menerus. Angin global jangka panjang potensi teknis diyakini 5 kali konsumsi energi global saat ini atau 40 kali kebutuhan listrik saat ini. Ini membutuhkan 12,7% dari seluruh wilayah tanah, atau lahan yang luas dengan Kelas 3 atau potensi yang lebih besar pada ketinggian 80 meter. Ini mengasumsikan bahwa tanah ditutupi dengan 6 turbin angin besar per kilometer persegi. Pengalaman sumber daya lepas pantai berarti kecepatan angin ~ 90% lebih besar daripada tanah, sehingga sumber daya lepas pantai dapat berkontribusi secara substansial lebih banyak energi.
      c)    Energi Panas Bumi
      Energi panas bumi berasal dari peluruhan radioaktif di pusat Bumi, yang membuat Bumi panas dari dalam, serta dari panas matahari yang membuat panas permukaan bumi. Ada tiga cara pemanfaatan panas bumi :
      •    Sebagai tenaga pembangkit listrik dan digunakan dalam bentuk listrik
      •    Sebagai sumber panas yang dimanfaatkan secara langsung menggunakan pipa ke perut bumi
      •    Sebagai pompa panas yang dipompa langsung dari perut bumi
      Istilah 'panas bumi' digunakan untuk energi panas yang berasal dari perut bumi. Listrik panas bumi dibangkitkan dengan cara memanfaatkan uap yang keluar dari pipa yang ditanam ke perut bumi sebagai hasil pemanasan sumber air resapan di sekitar sumur panas bumi. Uap tersebut kemudian dimanfaatkan langsung untuk memutar turbin atau memanaskan penukar panas untuk menghasilkan tekanan yang kemudian digunakan untuk memutar turbin dan menghasilkan listrik melalui generator.
      Geothermal panas dari permukaan bumi dapat digunakan di sebagian besar dunia langsung ke panas dan dingin bangunan. Suhu kerak bumi beberapa meter di bawah permukaan buffered untuk konstan 7-14C (45-58F), sehingga cairan dapat pra-pra-dipanaskan atau didinginkan dalam pipa bawah tanah, menyediakan pendinginan gratis di musim panas dan, melalui a pompa panas, pemanas di musim dingin. Menggunakan langsung lainnya adalah di sektor pertanian (rumah kaca), perikanan budidaya dan industri.
      d)    Biogas
      Banyak bahan-bahan organik dapat melepaskan gas, karena metabolisation bahan organik oleh bakteri (fermentasi). Biogas dapat dengan mudah dihasilkan dari aliran limbah saat ini, seperti : produksi kertas, produksi gula, limbah, kotoran hewan dan sebagainya. Berbagai aliran limbah harus slurried bersama-sama dan dibiarkan secara alami berfermentasi, menghasilkan gas metana. Kita hanya perlu mengubah kotoran saat ini biogas tanaman untuk tanaman, membangun lebih banyak terpusat lokal biogas kecil tanaman dan rencana untuk masa depan. Produksi biogas memiliki kapasitas untuk menyediakan kami dengan sekitar setengah dari kebutuhan energi kita, baik dibakar untuk produksi listrik atau pipa ke pipa gas saat ini untuk digunakan. Hanya saja yang harus dilakukan dan membuat prioritas. Selain itu, bila tanaman telah diekstrak semua metana dapat, kita ditinggalkan dengan yang lebih baik pupuk untuk lahan pertanian kita daripada kita mulai dengan.
      e)    Biomassa
      Tumbuhan biasanya menggunakan fotosintesis untuk menyimpan tenaga surya, udara, dan CO 2 . Bahan bakar bio adalah bahan bakar yang diperoleh dari biomassa  organisme atau produk dari metabolisme hewan, seperti kotoran dari sapi dan sebagainya. Ini juga merupakan salah satu sumber energi terbaharui. Biasanya bahan bakar bio dibakar untuk energi kimia melepas yang tersimpan di dalamnya. Riset untuk mengubah bahan bakar bio menjadi listrik Menggunakan sel bahan bakar adalah bidang penelitian yang sangat aktif.
      Biomassa dapat Digunakan langsung sebagai bahan bakar atau untuk memproduksi bahan bakar bio cair. Biomass yang diproduksi dengan teknik pertanian, seperti biodiesel, etanol, dan bagasse (seringkali sebuah produk sampingan dari pengkultivasian Tebu) dapat dibakar dalam mesin Pembakaran dalam atau pendidih. Sebuah hambatan adalah seluruh biomass harus melalui proses Beberapa berikut : harus dikembangkan, dikumpulkan, dikeringkan, difermentasi dan dibakar. Seluruh langkah ini membutuhkan banyak sumber daya dan infrastruktur.

      2)    Unrenewable Resources (Sumberdaya Alam Yang Tidak Dapat Diperbaharui)
      Adalah sumber daya alam yang apabila digunakan secara terus-menerus akan habis. Biasanya sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui berasal dari barang tambang (minyak bumi dan batu bara) dan bahan galian (emas, perak, timah, besi, nikel dan lain-lain).
      a)    Batu Bara
      Batu bara berasal dari tumbuhan purba yang telah mati berjuta-juta tahun yang lalu. Batu bara banyak digunakan sebagai bahan bakar untuk keperluan industri dan rumah tangga.
      b)    Minyak Bumi
      Minyak bumi berasal dari hewan (plankton) dan jasad-jasad renik yang telah mati berjuta-juta tahun.
      c)    Gas Alam
      Gas alam sering juga disebut sebagai gas Bumi atau gas rawa, adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana CH4). Ia dapat ditemukan di ladang minyak, ladang gas Bumi dan juga tambang batu bara. Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka ia disebut biogas. Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir sampah, serta penampungan kotoran manusia dan hewan. Secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas 3 kelompok yaitu :
      • Gas alam sebagai bahan bakar, antara lain sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Gas/Uap, bahan bakar industri ringan, menengah dan berat, bahan bakar kendaraan bermotor (BBG/NGV), sebagai gas kota untuk kebutuhan rumah tangga hotel, restoran dan sebagainya.
      • Gas alam sebagai bahan baku, antara lain bahan baku pabrik pupuk, petrokimia, metanol, bahan baku plastik (LDPE = low density polyethylene, LLDPE = linear low density polyethylene, HDPE = high density polyethylen, PE= poly ethylene, PVC=poly vinyl chloride, C3 dan C4-nya untuk LPG, CO2-nya untuk soft drink, dry ice pengawet makanan, hujan buatan, industri besi tuang, pengelasan dan bahan pemadam api ringan.
      • Gas alam sebagai komoditas energi untuk ekspor, yakni Liquefied Natural Gas (LNG.
      d)    Emas dan Perak
      e)    Besi dan Timah
      Besi berasal dari bahan yang bercampur dengan tanah, pasir dan sebagainya. Besi merupakan bahan endapan dan logam yang berwarna putih. Timah berasal dari bijih-bijih timah yang tersimpan di dalam bumi.

      C.    PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN UPAYA PELESTARIANNYA
      1.    Pengelolaan Sumberdaya Alam (Environmental Resources Management)
      a.    Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)
      Pengembangan berkelanjutan (sustainable development), sering diterjemahkan pembangunan berkelanjutan apabila berbicara dalam konteks negara) seperti didefinisikan oleh United Nations Commision on Environment and Development (UNCED) atau komisi Brundtland, adalah : 'meeting the basic needs of all the world's peopletoday without compromising the ability of future generations to meet their needs'. (GEMI, 1998). Pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) sebagai tujuan utama untuk menetapkandan meningkatkan prestasi ekologis, ekonomi, dan sosial. Ini berkaitan dengan model tiga kolom yang setara untuk keberlanjutan ekologi, ekonomi, dan permintaan sosial. Komisi Enquete Jerman tersebut mengajukan peraturan ekologis untuk pembangunan yangberkelanjutan seperti berikut ini :
      • Pemakaian sumber daya yang dapat diperbaharui seharusnya tidak melebihi kemampuanregenerasi sumber daya tersebut. Ini berhubungan dengan kebutuhan performaekologi yang berkelanjutan (contohnya [paling tidak] keberlanjutan kapital ekologisyang ditentukan oleh fungsinya.
      • Emisi untuk lingkungan seharusnya tidak melebihi kapasitaS ekosistem-ekosistem individu
      • Kurun waktu dampak antropogenik untuk lingkungan harus seimbang dengan kurunwaktu kemampuan proses alami dalam lingkungan yang berkaitan untuk bereaksi
      • Resiko dan bahaya untuk kesehatan manusia yang disebabkan oleh aktivitasantropogenikharus di minimalisasi.
      Definisi lain adalah suatu kondisi kemajuan industri yang memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya (Fiksel, 1996, p.4).  Kondisi ini diasumsikan dicapai setelah terlebih dulu dengan pertimbangan aspek lingkungan telah terikat erat dengan kegiatan bisnis utama perusahaan, dimana proses perbaikan dan pencarian kesempurnaan berlangsung secara otomatis terus menerus, didasarkan Qfilosofi kualitas total yaitu memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Alan AtKisson dalam Believing Cassandra (2000) menyatakan bahwa pengembangan tidak sama dengan pertumbuhan. Terutama jika pertumbuhan berarti peningkatan ‘ever-increasing through-put ofstuff’. Gerakan ke arah kehidupan berkelanjutan  memerlukan ketrampilan dan fasilitas pasar (menyediakan potensi menghasilkan keuntungan yang tinggi). Untuk bergerak kedepan perlu secara efektif menyadari bahwa :
      • Krisis penggunaan berlebihan sumberdaya telah terjadi dan nyata dan menunjukkan jumlah peningkatan dari waktu ke waktu
      • Terdapat tren sistematis jangka panjang dan bahkan aksi yang kuat dan seketika tidak cukup untuk mencegah konsekuensi serius di dekade mendatang atau abad mendatang. Terdapat resiko nyata sistem yang ada akan runtuh, namun terdapat alasan untuk optimis bahwa hal itu dapat dihindari dan pembangunan dapat terus berlanjut jika kita melakukan hal-hal tertentu.
      • Solusi hidup yang mudah yaitu dengan mengurangi kebutuhan kita dan beralih dari teknologi dan ‘pasar’  tertentu, tidak punya harapan untuk sukses, terutama dengan kenyataan bahwa sejumlah besar masyarakat dunia ketiga telah teraspirasi pada kenyamanan gaya hidup barat.
      • Solusi terletak lebih kepada mengarahkan kembali pasar menuju cara berkelanjutan dalam memproduksi kebutuhan kita, menggunakan teknologi yang secara luas telah tersedia, dan pendekatan pada aspek produksi, distribusi, dan pemasaran yang telah diaplikasikan secara sukses dan sangat menguntungkan, oleh organisasi-organisasi tertentu (perusahaan yang tidak memproduksi limbah).
      Selain itu ada pula beberapa pakar yang memberikan rumusan untuk lebih menjelaskan makna dari pembangunan yang berkelanjutan itu antara lain :
      1)    Emil Salim :
      Yang dimaksud dengan pembangunan berkelanjutan atau suistainable development adalah suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat dari sumber daya alam sumber daya manusia dengan menyerasikan sumber alam dengan manusia dalam pembangunan (yayasan SPES, 1992 : 3)

      2)    Ignas Kleden :
      Pembangunan berkelanjutan di sini untuk sementara di definisikan sebagai jenis pembangunan yang di satu pihak mengacu pada pemanfaatan sumber-sumber alam maupun sumber daya manusia secara optimal dan di lain pihak serta pada saat yang sama memelihara keseimbangan optimal di antara berbagai tuntutan yang saling bertentangan terhadap sumber daya tersebut (yayasan SPES, 1992:XV).
      3)    Sofyan Effendi :
      • Pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses pembangunan yang pemanfaatan sumber dayanya, arah invesinya, orientasi pengembangan teknologinya dan perubahan kelembagaannya dilakukan secara harmonis dan dengan amat memperhatikan potensi pada saat ini dan masa depan dalam pemenuhan kebutuhan dan aspirasi masyarakat (Wibawa, 1991 : 14).
      • Secara konseptual, pembangunan berkelanjutan dapat diartikan sebagai transformasi progresif terhadap struktur sosial, ekonom dan politik untuk meningkatkan kepastian masyarakat Indonesia dalam memenuhi kepentingannya pada saat ini tanpa tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memnuhi kepentingan mereka (Wibawa,1991 : 26).
      • Pengelolaan Sumberdaya Berwawasan Lingkungan
      Indonesia dianugerahi wilayah yang begitu luas dengan berbagai sumber daya alam yang ada. Potensi sumber alam tersebut tersebar di seluruh wilayah nusantara. Sumber daya alam yang terkandung di Indonesia adalah terdapat berbagai jenis bahan mineral, yakni minyak bumi dan gas. Seluruh potensi ini perlu dikelola dan dikembangkan bagi kepentingan pembangunan nasional secara optimal dan berkesinambungan. Pengelolaan sumber daya laut alam tersebut dilakukan dengan menggunakan teknologi sederhana atau teknologi modern ramah lingkungan.
       
      Saat ini, kondisi sumberdaya  di Indonesia semakin hari semakin memburuk. Praktek-praktek eksplorasi dan eksploitasi yang illegal dan merusak semakin hari semakin tidak terkendali. Sebagai contoh pada sumberdaya alam laut, terdapat ribuan kapal-kapal penangkap ikan asing dengan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan beroperasi di wilayah-wilayah yang seharusnya dibatasi hanya untuk kepentingan nelayan lokal dan tradisional. Maraknya kegiatan ilegal dengan teknologi yang buruk tersebut mengakibatkan kerusakan habitat biota laut negeri ini. Selama ini, teknologi yang diterapkan Indonesia adalah yang termurah dari sudut ekonomi, menggunakan sumberdaya alam maupun sumber daya manusia yang murah walaupun dari sudut ekologi bisa saja bernilai mahal. Perubahan zaman juga berpengaruh pada perubahan lingkungan dan ekologi. Sehingga diperlukan perubahan dalam penggunaan teknologi pengelolaan sumberdaya alam dengan menggunakan teknologi yang lebih modern tetapi ramah lingkungan.
      Secara umum, teknologi ramah lingkungan adalah teknologi yang hemat sumberdaya lingkungan (meliputi bahan baku material, energi dan ruang), dan karena itu juga sedikit mengeluarkan limbah (baik padat, cair, gas, kebisingan maupun radiasi) dan rendah risko menimbulkan bencana. Contoh : di laut dapat dikembangkan kapal modern yang lebih ramah lingkungan, yakni yang menggunakan mesin dan sekaligus layar mekanis. Layar ini dapat dikembangkan otomatis jika arah dan kecepatan angin menguntungkan. Penggunaan energi angin dapat menghemat bahan bakar hingga 50%. Teknologi energi dan transportasi yang ramah lingkungan termasuk yang saat ini paling dilindungi oleh industri negara maju dan karenanya paling mahal. Namun, teknologi modern yang ramah lingkungan ini sangat diperlukan dalam pengelolaan sumberdaya meskipun mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.

      2.    Upaya Pelestarian Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Dalam Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)
      Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan tanggung jawab semua manusia di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur bagi rakyatnya tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan ditindaklanjuti dengan menyusun program pembangunan berkelanjutan yang sering disebut sebagai pembangunan berwawasan lingkungan.
      Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan dikenal dengan nama Pembangunan Berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan kesepakatan hasil KTT Bumi di Rio de Jeniro tahun 1992. Di dalamnya terkandung 2 gagasan penting, yaitu :
      a.    Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang hidup.
      b.    Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.
      Adapun ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah sebagai berikut:
      a.    Menjamin pemerataan dan keadilan.
      b.    Menghargai keanekaragaman hayati.
      c.    Menggunakan pendekatan integratif.
      d.    Menggunakan pandangan jangka panjang.
      Pada masa reformasi sekarang ini, pembangunan nasional dilaksanakan tidak lagi berdasarkan GBHN dan Propenas, tetapi berdasarkan UU No. 25 Tahun 2000, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mempunyai tujuan di antaranya:
      a.    Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
      b.    Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
      c.    Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
      Beberapa upaya yang dapat dilakuklan masyarakat berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup antara lain :
      a.    Pelestarian Tanah (tanah datar, lahan miring/perbukitan)
      Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang berkaitan dengan masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya lapisan tanah dari permukaan bumi. Tanah longsor disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan. Jika hal tersebut dibiarkan terus berlangsung, maka bukan mustahil jika lingkungan berubah menjadi padang tandus. Upaya pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam pohon atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu dibangun terasering atau sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran air hujan.
      b.   Pelestarian udara
      Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme bernapas memerlukan udara. Telah kita ketahui bahwa dalam udara terkandung beranekaragam gas, salah satunya adalah oksigen. Udara yang kotor karena debu atau pun asap sisa pembakaran menyebabkan kadar oksigen berkurang. Keadaan ini sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap organisme. Maka perlu diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan agar tetap bersih, segar, dan sehat. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap bersih dan sehat antara lain:
      • Menggalakkan Penanaman Pohon atau Tanaman Hias di Lingkungan Sekitar,
      • Tanaman dapat menyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia. Tanaman mampu memproduksi oksigen melalui proses fotosintesis. Rusaknya hutan menyebabkan jutaan tanaman habis sehingga produksi oksigen bagi atmosfer jauh berkurang, di samping itu tumbuhan juga mengeluarkan uap air sehingga kelembapan udara akan tetap terjaga.
      • Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran, baik pembakaran hutan maupun pembakaran mesin asap yang keluar dari knalpot kendaraan dan cerobong asap merupakan penyumbang terbesar kotornya udara di perkotaan dan kawasan industri. Salah satu upaya pengurangan emisi gas berbahaya ke udara adalah dengan menggunakan bahan industri yang aman bagi lingkungan, serta pemasangan filter pada cerobong asap pabrik.
      • Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak lapisan ozon di atmosfer Gas freon yang digunakan untuk pendingin pada AC maupun kulkas serta dipergunakan di berbagai produk kosmetika, adalah gas yang dapat bersenyawa dengan gas ozon, sehingga mengakibatkan lapisan ozon menyusut. Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer yang berperan sebagai filter bagi bumi, karena mampu memantulkan kembali sinar ultraviolet ke luar angkasa yang dipancarkan oleh matahari. Sinar ultraviolet yang berlebihan akan merusakkan jaringan kulit dan menyebabkan meningkatnya suhu udara. Pemanasan global terjadi di antaranya karena makin menipisnya lapisan ozon di atmosfer.
      c.   Pelestarian Hutan
      Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan menjadi rusak. Pembalakan liar yang dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan hutan. Padahal hutan merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab hutan bukan hanya menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air. Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan:
      1)    Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
      2)    Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.
      3)    Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
      4)    Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.
      5)    Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan hutan.
      d.   Pelestarian laut dan pantai
      Seperti halnya hutan, laut juga sebagai sumber daya alam potensial. Kerusakan biota laut dan pantai banyak disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan pasir pantai, karang di laut, pengrusakan hutan bakau, merupakan kegatan-kegiatan manusia yang mengancam kelestarian laut dan pantai. Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian pantai disebabkan telah hilangnya hutan bakau di sekitar pantai yang merupakan pelindung alami terhadap gempuran ombak. Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara :
      • Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar pantai.
      • Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.
      • Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan.
      • Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.
      e.   Pelestarian Flora dan Fauna
      Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia, hewan, tumbuhan, dan alam sekitarnya. Terputusnya salah satu mata rantai dari sistem tersebut akan mengakibatkan gangguan dalam kehidupan. Oleh karena itu, kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi kelangsungan hidup manusia. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di antaranya adalah :
      1)    Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.
      2)    Melarang kegiatan perburuan liar.
      3)    Menggalakkan kegiatan penghijauan.
      PENUTUP
      Sumber daya alam dan tingkat perekonomian suatu negara memiliki kaitan yang erat, dimana kekayaan sumber daya alam secara teoritis akan menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi, pada kenyataannya hal tersebut justru sangat bertentangan karena negara-negara di dunia yang kaya akan sumber daya alamnya seringkali merupakan negara dengan tingkat ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan negara yang cenderung memiliki sumber pendapatan besar dari hasil bumi memiliki kestabilan ekonomi sosial yang lebih rendah daripada negara-negara yang bergerak di sektor industri dan jasa. Di samping itu, negara yang kaya akan sumber daya alam juga cenderung tidak memiliki teknologi yang memadai dalam mengolahnya.
      Pada umumnya, sumber daya alam berdasarkan sifatnya dapat digolongkan menjadi SDA yang dapat diperbaharui dan SDA tak dapat diperbaharui. Tumbuhan, hewan, mikroorganisme, sinar matahari, angin, dan air adalah beberapa contoh SDA terbaharukan. Walaupun jumlahnya sangat berlimpah di alam, penggunannya harus tetap dibatasi dan dijaga untuk dapat terus berkelanjutan. SDA tak dapat diperbaharui adalah SDA yang jumlahnya terbatas karena penggunaanya lebih cepat daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-menerus akan habis. Minyak bumi, emas, besi, dan berbagai bahan tambang lainnya pada umumnya memerlukan waktu dan proses yang sangat panjang untuk kembali terbentuk sehingga jumlahnya sangat terbatas.
      Sumber daya alam di Indonesia tidak terbatas pada kekayaan hayatinya saja. Berbagai daerah di Indonesia juga dikenal sebagai penghasil berbagai jenis bahan tambang, seperti petroleum, timah, gas alam, nikel, tembaga, bauksit, timah, batu bara, emas, dan perak. Di samping itu, Indonesia juga memiliki tanah yang subur dan baik digunakan untuk berbagai jenis tanaman. Wilayah perairan yang mencapai 7,9 juta km2 juga menyediakan potensi alam yang sangat besar.
      Keberadaan sumber daya alam di bumi tidak tersebar merata sehingga daya dukung lingkungan pada setiap daerah akan berbeda-beda. Oleh karena itu, pemanfaatanya harus dijaga agar terus berkesinambungan dan tindakan eksploitasi harus dihindari. Pemeliharaan dan pengembangan lingkungan hidup harus dilakukan dengan cara yang rasional antara lain sebagai berikut :  1) memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan hati-hati dan efisien, misalnya: air, tanah, dan udara, 2) menggunakan bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi (campuran), 3) mengembangkan metode penambangan dan pemrosesan yang lebih efisien serta dapat didaur ulang dan 4) melaksanakan etika lingkungan dengan menjaga kelestarian alam.
      PUSTAKA
      Abdurrahman. 2003. Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Indonesia. Makalah Seminar. Disampaikan Pada SEMINAR PEMBANGUNAN HUKUM NASIONAL VIII TEMA PENEGAKAN HUKUM DALAM ERA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Diselenggarakan Oleh BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL DEPARTEMEN KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA RI. Denpasar 14-18 Juli 2003.

      Andi T. Purwanto. Manajemen Lingkungan: Dulu, Sekarang, dan Masa Depan. Download dari htt:// andietri.tripod.com/index.htm

      Afandi Kusuma. 2009. Lingkungan Hidup, Kerusakan Lingkungan, Pengertian dan Pelestariannya. Didownload dari blogger htt ://afandikusuma.

      Renstrada DKI Jakarta 2002-2007. Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup.

      Wikipedia. Sumberdaya Alam.

      http://bennisetiawan.blogspot.com/2008/03/pembangunan-berwawasan-lingkungan.html
      http://blog.unnes.ac.id/irma/2010/11/24/pemanfaatan-sda-kaitannya-dengan-ekonomi-dan-lingkungan/
      http://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/application/pdf/sekilas tentang perubahan iklim.pdf
      http://geografi161.blogspot.com/2008/10/sumber-daya-alam.html